Semenjak pertemuan itu, kami menjadi sering bertemu, walau tak bersua secara langsung, kami acap kali bertukar pesan singkat di whatsapp, menanyakan banyak hal, entah mengapa aku menjadi suka membawa handphone kemana - mana, sesekali kucek pesan masuk, diam - diam aku menunggu pesan darinya. Kala dia mengirim pesan padaku, hati ini sangat bahagia, senyum yang telah lama menghilang telah kembali merekah, benih - benih cinta yang sudah lama layu, kini kembali hidup, perasaan itu kembali mengisi relung kalbu "mungkin aku jatuh hati untuk kedua kalinya dengan laki - laki yang sama" kata hatiku
Sebelum aku berangkat merantau lagi, Sari menemuiku di rumah, dia datang dengan tergopoh - gopoh, langsung membawaku kekamar, dan mengunci rapat - rapat pintu "Sar, ada apa..?" Tanya keheranan
Dia menarik lenganku, menyuruhku duduk di pinggir ranjang, berdiri didepanku sambil berkacak pinggang "kamu balikan dengan Baim" tanyanya penuh cur⁵iga
"Enggaklah, kamu kata siapa.." kutepis tuduhan Sari
Sari menghela napas "Baim, berkali - kali menghubungiku, menanyakan kamu sukanya apa, bagaimana cara pikirmu, dan kapan kamu siap menikah. Kalau kalian tidak saling berkomunikasi, dia tidak akan kepo - kepo"
Aku menundukkan kepala seraya menatap ubin kamar "kami belum jadian, kami hanya saling mengirim pesan singkat beberapa hari ini"
Sari menunduk dihadapanku, memegang kedua bahu "aku hanya ingin menasehatimu, jangan sampai jatuh ditempat yang sama. Pikirkan itu, Risa.."
Pesan dari Sari singkat dan mengena. Sepanjang perjalanan menuju kota rantauanku, pikiran dan hati lebih banyak memikirkan arah hubunganku dengan Baim "Bagaimana perasaan ayah dan ibu, jika tahu kalau kami balikan, siapkah aku menjadi ibu sambung Meilani, pekerjaanku, usiaku, apakah Baim juga memiliki pondasi agama yang baik, pekerjaanya, dan.. dan..." batinku berkecamuk dengan banyak pertimbangan yang tak mudah.
Kuhela napas panjang "aku bukan anak gadis remaja lagi, yang jatuh cinta, pacaran, seneng - seneng. Sekarang aku Wanita dewasa yang berusia 27 tahun. Bukan saatnya memikirkan putus nyambung lagi, tetapi mencari lelaki yang bisa diterima oleh ayah dan ibu. Bagiku menikah bukan sekedar menyatukan dua insan diatas pelaminan saja, namun dua keluarga besar harus menjadi satu. Kalau, aku memilih Baim, ayah dan ibu pasti sangat sulit untuk memberi restu" gumam hatiku. Kutatap kaca jendela pesawat, lautan awan menggumpal berbentuk lucu - lucu bak arum manis di pasar malam. Tetapi hatiku sedang kecut, untuk kedua kalinya aku menteskan air mata gara - gara dia.
Walau kami terpisah jarak dan waktu, dia tetap menyapaku melalui pesan singkat. Kadang - kadang aku hanya membaca pesannya tanpa balasan. Menjaga jarak dengannya, agar benih cinta dihati tidak tumbuh. Akan tetapi, rasa hati tidak tega mendiamkan dia tanpa alasan, sesekali aku balas chatnya. Kuceritakan kesibukan menjadi dosen, dan kegiatan yang lain. Lagi - lagi satu benih mekar diikuti yang lain, semakin kumatikan tumbuh kembangnya, kian tergila - gila pada dia.
Akal sehatku tak ingin menerima cintanya, namun rasa hati bagaikan besi yang tertarik magnet. Jatuh kepusaran Cinta Lama Bersemi Kembali. Dia sungguh - sungguh dengan keinginannya untuk melanjutkan hubungan kami, namun separuh hati masih mengganjal. Berulang kali, aku menangguhkan niatnya untuk melamar, dengan dalih belum siap menikah.
Hampir satu bulan aku telah di kota rantauan, tiba - tiba ayah menelponku "Risa, bisa pulang..?" Tanya ayah
"Bisa, ayah. Ada apa..?" Aku balik bertanya
"Ada laki - laki yang akan melamarmu" jawab ayah
Treeettt... Treeet... Treeettt...
Bateraiku habis, panggilan kami terputus. "Ah.. sialan disaat genting seperti ini, handphone ku mati. Siapa laki - laki yang akan melamarku, jangan - jangan Baim sudah memperoleh restu dari ayah dan ibu.." gumamku lirih
Bersambung...
#ODOP Batch 7
Magelang, 21.37. 27102019
#ODOP Batch 7
Magelang, 21.37. 27102019
Komentar
Posting Komentar