Part 2
Dua hari, mereka berdua tidak sadarkan diri, hingga akhirnya mereka terbangun. Bawang putih sangat senang, "syukurlah, ibu sudah bangun" kata Bawang Putih berurai air mata.
Namun, ibu tirinya tetap membenci, "Pergi... jangan mendekati ku. Dasar, anak pembawa sial" ibu tiri bawang putih masih saja memarahinya, walaupun kedua kakinya tidak bisa di gerakkan.
"Semua ini karena kamu, bawang putih. Kami berdua menjadi lumpuh, kamu pembawa sial" bentak bawang merah
Setiap hari bawang putih merawat ibu tirinya dan bawang merah, sekali pun ia tidak pernah mengeluh atau menggerutu saat merawat mereka. Cacian, hinaan, pukulan sering ia rasakan, saat merawat mereka berdua. Meskipun mereka sedang lumpuh, tabiat buruk tidak mengubahnya. Pernah suatu pagi, bawang putih di buat jengkel oleh kelakuan mereka. "Bawang putih...." teriak ibu tirinya sangat keras
"Iya...." bawang putih segera menemui ibu tirinya "ada apa, ibu..?" Tanya bawang putih
"Aku tidak mau makan bubur, aku mau makan sayur sop" jawab ibu ketus
"Baiklah, ibu..." bawang putih segera pergi ke dapur membuat makanan yang diminta oleh ibunya.
"Ibu, ini makanan yang ibu inginkan.." bawang putih memberikannya kepada ibu tirinya
"Aku tidak suka kentang, bawang putih. Mengapa di sop ku ada kentang" pekik ibu kemudian ia lemparkan, mangkok sop yang masih mengepul ke lantai. Percikan panas dari kuah sop mengenai kaki bawang putih "awww..." bawang putih merintih kesakitan
"Dasar, tidak berguna" bentak bawang merah seraya melempari tubuh bawang putih dengan kulit jeruk yang baru di makan
Bawang putih terisak - isak sambil membersihkan sayur sop yang berceceran di lantai. Dengan mata yang masih sembap "ibu, mau makan apa..? Akan aku buatkan lagi?" Tanya bawang putih
"Aku tidak mau makan masakan mu, belikan aku makanan diluar" jawabnya dengan pedas
Bawang putih menghela napas panjang "baiklah, ibu..." walaupun air mata masih membasahi wajah, ia tetap berangkat mencari makanan yang diinginkan ibunya.
Satu tahun, dua tahun, tiga tahun, empat tahun, lima tahun sudah bawang putih merawat mereka berdua. Usianya sekarang sudah 17 tahun, ia tumbuh menjadi remaja yang cantik, mandiri, dan pekerja keras. Karena ia sudah remaja, dia mulai bekerja melanjutkan usaha ayahnya, berdagang. Meskipun, dia bekerja ia tidak lupa untuk merawat ibu tirinya dan bawang merah. Sebelum ayam berkokok, dia sudah menyiapkan makan pagi untuk ibu tirinya dan bawang merah. Lalu, ia akan pergi ke pasar untuk berjualan.
Malam setelah ia pulang dari pasar, ia menemui ibu tirinya, dia duduk di kursi samping ranjang ibu tirinya, bawang putih memegang tangannya dengan lembut "ibu, ada sesuatu yang ingin aku berikan kepada mu" kata bawang putih
"Apa..?" Tanya ibu tiri bawang putih sinis
Bawang Putih memberikan sebuah kalung berliontin merah maroon. Warna yang sangat disukai oleh ibu tirinya "tadi pagi, bawang putih mendapatkan rezeki yang banyak dari hasil dagang. Lalu, bawang putih melihat ada kalung yang indah berliontin merah di toko mas. Dulu, ibu pernah bilang ingin mempunyai kalung, namun belum terwujud. Maaf, bawang putih baru bisa mewujudkannya malam ini"
"Kamu.. adalah anak baik, bawang putih. Dan, ibu adalah ibu yang paling jahat di dunia. Kamu mengingat semua keinginan ibu, dan selalu mewujudkannya. Sedangkan ibu hanya membuat mu susah dan sedih..." ibu tiri bawang putih menitikkan air mata penyesalan "kemarilah anakku, ibu ingin memelukmu" pinta ibu tiri bawang putih.
"Ibu.... " bawang putih menghamburkan pelukannya di dekapan ibu tirinya. "Ibu.. ibu... ibu..." ucap bawang putih lirih
"Anakku.. maafkan ibu mu, yang selama ini telah menyia - nyiakan mu" bisik ibu tiri nya penuh kehangatan
"Bawang putih, maafkan aku juga.." kata bawang merah seraya berurai air mata
Bawang putih menyeka air mata, ia memberikan sebuah baju merah bata yang diinginkan oleh bawang merah sejak lama "aku ada hadiah untuk mu, bawang merah. Baju yang pernah kamu inginkan, dulu saat ayah masih ada, kamu ingin baju ini, namun ayah tidak mampu membelikannya"
"Kamu.. benar - benar orang yang baik, bawang putih. Kesalahan ku padamu sangatlah banyak, akan tetapi kamu masih mengingat apa yang ku inginkan" bawang merah terisak - isak kembali.
Sejak malam itu, kehidupan bawang putih menjadi lebih bahagia, tiada kebencian, yang ada hanya saling menyayangi antara ibu dan dua anak perempuannya. Setiap malam, ibu selalu menyisir rambut panjang bawang putih, memijat bahu anaknya, sembari menyanyikan sebuah lagu.
Hari demi hari telah di lewati bawang putih dengan penuh canda tawa, ia merasa keluarganya telah kembali. Hampir satu tahun ia menjalani kehidupan layaknya seorang anak yang di kasihi oleh ibunya. Pada suatu malam, ibu bertingkah lumayan aneh, "Bawang putih, kemarilah nak..." pinta ibu nya
"Iya, ibu. Ada apa..?" Tanya bawang putih
"Bukalah, laci di meja itu, nak" perintah ibu
Bawang putih membuka laci di meja tersebut, "bawalah barang itu kemari, nak.." pinta ibunya lagi. Bawang putih memberikan kepada ibunya "ini ibu.."
"Semua ini, perhiasan ibu. Ambillah, bawang putih. Berdandanlah yang cantik layaknya seorang gadis seusia mu..." kata ibu
"Ah.. aku tidak terlalu bisa berias diri, ibu. Malu.." kata Bawang putih tersipu malu
Ibu membelai rambut panjang bawang putih "kamu cantik, bawang putih. Kamu juga pandai, bekerja keras, dan mandiri. Suatu saat nanti kamu akan menikah dengan pangeran tampan, nak"
"Bawang putih masih ingin menemani ibu. Membahagiakan ibu, bercerita banyak hal kepada bawang merah. Belum ingin menikah" bawang putih berkata seraya tidur si samping ibunya
Beberapa menit kemudian, bawang putih telah tertidur, ibu mendekap tubuh mungil anak nya, yang selama ini telah ia acuhkan. Jari - jemari ibu membelai wajah ayu bawang putih "maafkan, ibu nak. Sudah saatnya kamu bahagia, nak.." ibu mencium kening anaknya.
Keesokan hari nya, sebelum bawang putih berangkat berdagang di pasar, ia letakkan sarapan untuk ibu dan bawang merah di atas meja. Tak lupa ia mengecup punggung tangan ibunya "ibu, bawang putih berangkat dulu. Kok dingin ya, tangan ibu.." bawang putih meraba denyut nadi di pergelangan tangan ibunya "mengapa tidak ada denyut nadi..?" Bawang putih mulai cemas dengan keadaan ibunya, ia dekatkan telinganya didada ibu, "detak jantungnya juga tidak ada, jangan.. jangan.." bawang putih segera menepiskan pikiran aneh - aneh nya dari dalam otaknya "ibu, hanya tertidur... " gumam bawang putih.
Ia mengambil sarapan untuk ibunya, "ibu, pagi ini bawang putih memasak ayam, kesukaan ibu. Jadi, bukalah mata mu, ibu.." bawang putih menyodorkan satu piring nasi kepada ibunya. "Aromanya sangat menggugah selera, ibu jadi ingin memakannya, nak.." biasanya ibu akan mengatakan hal itu.
"Ibu.. mengapa engkau tidak berkata apa - apa, ku mohon bicaralah.." bawang putih memeluk tubuh ibunya dengan kuat "bangunlah, ibu... bangunlah, jangan tinggalkan bawang putih. Lalu siapa yang akan menemaniku, ibu..." bawang putih berurai air mata
Hari itu, adalah hari yang paling menyedihkan bagi bawang putih. Karena, dia, harus kehilangan sosok ibu untuk kedua kalinya. Setiap hari, bawang merah selalu menangis, meminta agar ibunya hidup kembali. Ia tidak mau makan atau minum, dia hanya menangis terus menerus "ibu, bawang merah ingin ikut dengan mu" ucap nya seraya sesenggukkan.
Tepat, satu minggu setelah kematian ibu, bawang merah menyusul kematian ibunya. Lengkap sudah kesedihan bawang putih, hidup sebatang kara, tidak memiliki siapa - siapa "Oh Tuhan... mengapa Kebahagiaan yang kau berikan kepada ku hanya semu. Baru saja, ku rengkuh kebahagian itu namun Engkau sudah mengambilnya lagi. Apakah, aku tidak pantas mendapatkan kebahagiaan, Oh Tuhan.." ucap bawang putih dengan tersedu - sedu
"Hay, jangan menangis.." tiba - tiba ada suara tak rupa, di dalam kamar bawang putih. Ia sendirian di dalam rumah, tidak mungkin ada orang lain "siapa kamu...? Tunjukkan wujud mu" teriak bawang putih dengan membawa sapu.
"Bukalah, kendi yang kau simpan di lemari baju. Aku, adalah labu" katanya
Bawang putih membuka pintu lemari, mengeluarkan kendi, ia melihat, tutup kendinya bergerak - gerak sendiri, seperti akan mengeluarkan sesuatu "bukalah tutupnya..." katanya lagi
Bawang putih membuka tutup kendi tersebut, seberkas cahaya yang sangat terang keluar dari dalam kendi, hingga menyilaukan mata bawang putih.
"Bawang putih, terima kasih.." katanya ketika cahaya itu mulai redup. Bawang putih tidak tahu, siapakah sosok yang keluar dari kendi, hanya siluet yang terlihat di depan mata. Kala sinar telah padam, bawang putih membuka mata "siapa kamu?" Tanya bawang putih curiga
"Aku adalah raja Indra Kencana, dari negeri 1000 cahaya" jawab nya dengan menundukkan kepala di depan bawang putih
"Mengapa kamu bisa menjadi labu..?" Tanya bawang putih yang masih penasaran
"Karena, aku di kutuk oleh seorang petapa suci. Dulu, aku adalah raja yang jahat kepada rakyat, memberikan pajak yang mahal, memberikan aturan yang memberatkan rakyat, dan masih banyak lagi. Petapa suci mengingatkan ku, namun aku malah menghina nya, ia marah kepada ku, lalu ia mengutukku menjadi labu merah kecil. Ia selalu menbawa ku kemana saja ia pergi dengan wujud labu merah. Agar aku tahu penderitaan rakyat, dan pedihnya kehidupan mereka. Aku, pernah memohon kepada petapa suci untuk dilepaskan dari kutukan, akan tetapi ia tidak bisa. Ia mengatakan kepadaku "kau harus menunggu 100 tahun, dan kau harus dimiliki oleh seorang yang putih dan memiliki hati yang putih.." itu kata petapa suci, dan kamu telah menghancurkan kutukan itu bawang putih. Terima kasih.." jawab raja Indra Kencana
"Bagaimana dengan rakyat dan kerajaan mu, kalau rajanya tidak ada?" Tanya bawang putih
"Rakyat ku tetap ada, hidup seperti biasa, akan tetapi istanaku berubah menjadi kebun labu. Kalau, kutukan ku sudah musnah, maka istana ku akan kembali, begitu juga kehidupan ku" jawab raja Indera kencana
"Selamat raja, kembalilah ke negara mu. Dan, jadilah raja yang baik untuk rakyat mu.." kata bawang putih sumringah
"Mau kah, kau ikut dengan ku bawang putih, ke negara 1000 cahaya. Kamu, disini tidak mempunyai siapa - siapa, ikutlah dengan ku. Anggap saja sebagai balas budi ku kepada mu" ajak raja Indera Kencana
Bawang putih termangu mendengar ajakan dari raja Indera Kencana. Dia terlihat bingung, keputusan apa yang harus ia ambil "bawang putih, ikutlah dengan ku. Kamu, akan ku angkat menjadi putriku. Karena, sejak lama aku dan istriku belum di karuniai anak. Saat, aku kembali ke negaraku dan membawa mu, maka istriku akan sangat bahagia.." bujuk raja Indera Kencana
Bawang putih masih tetap diam.
"Ku mohon bawang putih, ikutlah dengan ku. Aku sudah semakin tua, namun aku belum juga mempunyai anak. Mau kah kau mewujudkan keinginanku, agar masa tua ku tidak sepi tanpa gelak tawa seorang anak" bujuk raja Indera Kencana lagi
Bawang putih menghela napas panjang "baiklah, aku akan ikut dengan mu raja" kata bawang putih
Wajah raja kembali berseri - seri "terima kasih anakku, bawang putih" raja memeluk erat bawang putih.
Cling... cling... cling... Bim.. Bim..
"Raja, dimanakah kita?" Tanya Bawang putih kebingungan
"Di negeri 1000 cahaya.." jawab Raja Indera Kencana
"Beberapa menit yang lalu, aku masih berada di kampungku, mengapa, aku bisa berada disini..?" Tanya bawang putih yang masih terlihat kebingungan
Raja Indera Kencana tertawa lebar "karena, aku memiliki kekuatan ajaib, anakku"
Semenjak saat itu, bawang putih diangkat menjadi putri angkat raja Indera Kencana dan Ratu Dewi Sona. Tak ada lagi kesedihan atau kepedihan yang ia rasakan, kebahagiaan dan perasaan penuh suka cita yang ia peroleh. Kesabarannya dalam menghadapi pedihnya kehidupan telah di ganti dengan diangkat dia menjadi ratu baru "Ratu Bawang Putih di Negeri 1000 Cahaya" ratu yang baik, yang menyayangi rakyatnya, dan kedua orang tua angkatnya yang sangat mencintai bawang putih.
Di ambil dari kisah bawang merah dan bawang putih, akan tetapi oleh penulis sudah sedikit di rubah untuk tugas dari ODOP pekan 4
Magelang, 6102019, 19:11
ODOP Batch 7
Di ambil dari kisah bawang merah dan bawang putih, akan tetapi oleh penulis sudah sedikit di rubah untuk tugas dari ODOP pekan 4
Magelang, 6102019, 19:11
ODOP Batch 7
Komentar
Posting Komentar