Part 4
Deg... Deg... Deg...
Degup jantungku kian memburu, kerongkonganku serasa kering, sulit untuk menelan ludah, keringat dingin membasahi kening, bibir ini terkatup amat rapat, tiba - tiba gugup melandaku. "Dia, adalah orang yang tak ingin kutemui saat aku pulang kampung, namun Tuhan mentakdirkanku bertemu dengannya disini. 4 tahun yang lalu, di bandara ini aku berjanji tidak akan mengingat dan menemuinya lagi, akan tetapi kuasa Ilahi berkata lain. Setelah sekian lama, kulupakan dia, tiba - tiba dia berdiri didepanku, untuk mengantarkanku pulang. Tuhan, pertanda apakah ini.." batin hatiku
Dalam perjalanan, kami tidak banyak bicara, hanya sekedar menanyakan kabar masing - masing. Suasana begitu canggung, kami hanya saling curi pandang, kuambil handphone dari dalam tas, melihat pesan whatsapp yang masuk, untuk menutupi kegugupan, gawai bisa menjadi andalan.
Tet... tet... tet.. bunyi baterai habis "duh, disaat seperti ini, handphone mati, apa yang harus dilakukan. Situasi ini lebih menengangkan daripada ujian tesis. Please dech Risa, dia itu hanya mantan. Mengapa terlalu panik" gumam hatiku
"Ris.. ces disini saja, kalau baterainya habis" Baim menunjukkan colokkan didekat kursi sopirnya
"Boleh..." kuberikan handphone padanya
"Kamu, sudah jadi dosen ya.." tanya nya
"Ya.. begitulah Mas.." jawab ku
Dia tersenyum "jangan panggil mas, Baim saja"
"Baiklah, Baim.." kataku
Perjalanan dari Bandara menuju rumahku, tidak jauh, akan tetapi mengapa jalan mobil ini bagaikan siput lambat sekali, kuhela napas panjang, kutatap jalanan dibalik jendela mobil "bagaimana kabarnya Afi..?" Tanyaku tiba - tiba
"Dia baik - baik saja.." jawab nya
"Alhamdulillah, kalian sudah punya anak..?" Tanyaku lagi
"Sudah perempuan, usianya baru 4 tahun" jawabnya
"Namanya Meimei ya.."
"Bagaimana kamu bisa tahu?"
"Dari stiker mobil taksi mu"
"Owh.. Namanya Meilani, biasa di panggil Mei mei.."
"Pasti dia cantik seperti ibunya"
"Iya.. begitulah"
Kami pun terjebak lagi dalam suasana hening, sunyi, dan kaku. Kusandarkan kepala dijendela Mobil, menikmati setiap pemandangan yang dilalui, rasa kantuk tiba - tiba menghampiri kedua mata. Hampir saja, aku terlelap "Ris.. ada telpon.." katanya dengan menyerahkan handphoneku
"Iya. Terima kasih.." kataku
Danang menghubungi, kalau rumah sedang kosong, karena sedang menemani ibu kontrol di dokter Husen.
"Ah... kami harus putar arah, rumahku dengan klinik praktek dokter Husen lumayan jauh. Bukan masalah jarak yang aku permasalahkan, akan tetapi satu mobil berdua dengan mantan, enakan sidang skripsi atau tesis, daripada satu mobil dengannya.." gerutuku dalam hati
"Ada apa Ris..?" Tanya nya memastikan keadaan
"Kita putar arah saja, ke rumah dokter Husen" jawabku
"Dokter Husen Ahli Paru - paru, yang kliniknya dekat dengan terminal"
"Iya..."
"Baiklah. Kamu tidurlah, karena tempatnya lumayan jauh"
Aku menganggukkan kepala "iya.."
Mendadak rasa kantuk menjalari kedua mata, menatap kedepan tidak lagi fokus, berulang kali aku menguap, ku teguk air minum yang di dalam tas, berharap kesadaran akan kembali, namun kantuk bagaikan candu yang menyerbu tanpa malu - malu, dan aku tergolek di kursi mobil.
Bersambung...
ODOP Batch7
Magelang, 24102019, 13:45
Cerbung Mak Panda🐼
Komentar
Posting Komentar