Part 6
"Baim duda, mereka bercerai..?" Tanyaku untuk memastikan perkataan Sari yang barusaja kudengar
Sari menutup mulutnya "aku keceplosan Risa. Bagaimana ini..?" Gumamnya lirih
"Maksudnya.." aku semakin bingung dan penasaran dengan fakta yang ditutupi oleh nya "Sar, ada apa..?" Tanyaku lagi
Sari menghela napas panjang, sangat lama "Afi sudah meninggal, tepat setelah ia melahirkan Melani putrinya. Sejak saat itu, Baim menduda. Dia membesarkan Meimei sendirian, dia rela meninggalkan pekerjaan yang sudah lama ia geluti, demi anaknya. Sampai sekarang aku belum mendengar kalau ia akan menikah lagi" jawab Sari
Kedua mataku berkaca - kaca, meneteskan buliran air mata "mengapa kamu tidak menceritakan kepadaku..?" Tanyaku sembari terisak - isak
Sari memberiku tisu "ini permintaan dari keluargamu. Tante Irma tidak ingin membuka luka lamamu lagi" Jawab Sari
Aku kian tersedu - sedu "Afi adalah teman kita, walau kami pernah bersitegang, setidaknya aku ingin meminta maaf dan mendoakannya"
Sari memelukku dengan erat "maafkan aku, Risa" ucapnya lirih
Kuhela napas panjang "bagaimana nasib anaknya Afi?" Tanyaku
"Dia baik - baik saja, mungkin dia sudah mau masuk TK. Wajahnya mirip banget dengan Afi" jawab Sari
Setelah kami keluar dari Cafe, kupegang bahu Sari erat - erat, air mata berurai kembali "Kemarin, saat kami bertemu, aku menanyakan kabar Afi pada Baim. Aku sungguh tidak tahu, kalau ia telah tiada"
Sari menatapku dengan lembut "sudah jangan menangis lagi, kita pulang ya" ajak Sari. Aku pun menganggukkan kepala.
Setelah obrolan kami di cafe tempo hari, banyak perasaan yang mengganjal di hati, sedih saat mendengar kenyataan bahwa Afi sudah meninggal, disisi lain ada rasa iba melihat keadaan Baim dan putrinya. Danang mengetuk pintu kamar "Mbak, bisa minta tolong?" Katanya
"Bisa, apa..?" Aku balik bertanya
"Belikan obat ibu di apotik, Joko mau kerumah mbak kita mau mengerjakan tugas. Mbak Risa nganggur kan, please mbak.." rengeknya
"Okay..." kataku
Tiba - tiba Danang masuk lagi kekamar seraya mesam mesem, seperti ingin mengutarakan sesuatu namun malu - malu "kamu minta apa, Nang..?" Tanyaku
"nanti sekalian belikan kami jajan ya.." jawabnya
"Baiklah, aku belikan apa saja ya"
"Okay, asal bisa dimakan mbak"
Jarak rumah menuju apotik tidak terlalu jauh, namun ada pembetulan jalan diperempatan besar dekat gang rumah, untuk menghindari kemacetan, aku memilih rute yang cukup memakan jarak dan waktu.
Tit... Tit... Tit...
Seorang laki - laki menggunakan kemeja berwarna biru muda, berjalan tidak hati - hati, terburu - buru sambil membawa kantong plastik berisi obat, ia terkena spion motor yang melaju di depanku. Dia tersungkur ditepi jalan, lengan kirinya terluka cukup parah, tergores kerasnya aspal jalan, obat yang ia bawa tercecer diaspal "punya mata gak sih pak, kalau jalan itu dilihat - lihat" pengendara itu terus mengomeli laki - laki yang jatuh tanpa ia turun dari motor. Dia hanya melempari laki - laki itu dengan uang 10 ribu. Lalu pergi melaju, aku lihat ia merintih kesakitan menahan luka goresan di siku sebelah kanan, darah segar mengalir mengotori kemeja birunya "awww..." rintihnya sambil memegang luka
Kutengok dari kaca spion "Astaghfirullah.. yang keserempet Baim.." ucap ku
Bersambung
ODOP Batch 7
Magelang, 24102019, 13:50
Cerbung Makpanda 🐼
Komentar
Posting Komentar