Sore itu, Sara pulang sedikit terlambat karena banyak pekerjaan yang harus ia rampungkan. Langkah kakinya terhenti saat ia mendengar Adzan Ashar berkumandang, sebelum pulang kerumah, Sara menunaikan sholat berjamaah terlebih dahulu di masjid dekat rumah sakit. Lama ia duduk termenung menatap sajadah, alas sholat nya, bahkan ia pun tidak tahu kalau sahabatnya, Fatma telah duduk di sampingnya.
"Kok melamun" tanya Fatma sembari menepuk bahu Sara
"Faaaatma.." Sara berkata dengan kebingungan "sejak, kapan kamu duduk disampingku?" Tanya Sara
Fatma tersenyum tipis "baru saja, aku lihat kamu melamun, lagi ada masalah?"
Sara menghela napas panjang "aku bingung, Fatma. Aku, kemarin sudah bercerita kepada mu, kalau Damar melamar ku. Aku, memang bahagia, akan tetapi aku juga sedih. Dia, ingin setelah kita menikah, kita tinggal di Amerika. Karir ku yang sudah ku bangun disini, bagaimana..? Perjuangan ku menjadi dokter tidaklah mudah, Fatma. Dan, aku harus meninggalkan semua itu, rasanya berat hatiku"
Lama Fatma tidak menanggapi keluh kesah hati Sara, ia menatap wajah Fatma yang masih memakai mukena, dengan air muka yang tampak memikirkan solusi apa yang bagus untuk Sara.
"Jangan terlalu di pikirkan, Fatma" kata Sara kepada Fatma
Fatma memegang kedua bahu Sara, "cobalah untuk sholat istikharah, Sara. InsyaAllah, hati mu akan lebih tenang"
"Tetapi, aku belum pernah melakukan sholat Istikharah, bagaimana caranya?" Tanya Sara
"Nanti, akan ku jelaskan di whatsapp, karena aku harus segera kembali ke rumah sakit" Jawab Fatma
"Baiklah.." kata Sara
Sebelum, Sara melangkah pergi meninggalkan masjid, Fatma menarik lengan Sara "tunggu dulu, Sara" kata Fatma
Sara membalikkan badan, menatap sahabtnya "ada apa?" Tanya Sara
"Damar, adalah laki-laki yang baik dan InsyaAllah dia bisa menjadi imam yang terbaik dalam hidup mu, Sara. Menikah tidak akan menghentikan rezeki mu, akan tetapi malah akan dilipat gandakan. Mungkin karir mu disini berakhir, namun, aku percaya, Allah akan membukakan karir mu disana. Bangunlah mimpi-mimpi mu bersama Damar, di negara paman Sam"
Jawab Fatma dengan menyunggingkan senyum tipisnya
Malam kian pekat, suara jangkrik terdengar menggema di selurun ruang, pantulan sinar rembulan terpancar di jendela kaca, Sara menggelar sajadah hijaunya, ia tunaikan sholat Istikharah untuk ketiga kalinya. Khusyuk ia menghadap sang ilahi, berharap satu petunjuk dari sang penguasa alam. Salam ia ucapkan, menandakan dia telah menyelesaikan sholatnya. Dia tengadahkan kedua tangan,
dia curahkan kegundahan hatinya kepada Tuhan Semesta Alam, buliran air mata pun membasahi pipi, lama ia berurai air mata hingga mukena yang ia pakai berbekas air mata. "Apapun petunjuk yang Allah berikan kepada ku, aku harus legowo menerimanya" bathin Sara
Entah mengapa, tiba-tiba malam itu rasa kantuk menjalari di kedua mata Sara, ia berkali-kali menguap sampai-sampai butiran tasbih yang ia genggam terlepas. Ia pun terlelap diatas sajadah hijaunya dengan masih mengenakan mukena. Di dalam mimpinya ia bertemu dengan Damar, dia mengajak Sara berjalan-jalan untuk melihat sebuah taman yang sangat indah. Berkali-kali Sara berdecak kagum, "taman ini sungguh indah, Damar" puji Sara
"Kalau kamu mau ikut dengan ku, maka akan ku tunjukkan tempat yang lebih indah lagi daripada ini" kata Damar
"Aku mau, dimana tempatnya? Ayo kita kesana?" Tanya Sara
Damar tersenyum tipis "untuk sampai di tempat itu, kita harus menempuh jarak yang jauh dan sulit, apakah kamu masih mau..?"
"Tentu, aku mau.." jawab Sara
Damar menggenggam tangan Sara begitu kuat "ayo kita kesana"
Adzan Shubuh telah menggema, Ayahnya membangunkan yang masih terlelap di atas sajadah "Nak, bangun udah shubuh" kata Ayah sembari membangunkan Sara
"Iya, ayah.. jam berapa sekarang?" Tanya Sara sambil mengucek kedua matanya
"Jam 5 pagi, ayo sholat, mumpung masih ada waktu" jawab Ayah lalu membantu Sara berdiri
"Ayah, aku sudah menemukan jawaban. Aku memilih ikut dengan Damar, walau aku harus mengakhiri karir ku disini" kata Sara
Ayah merengkuh kedua bahu Sara "Alhamdulillah, ayah hanya bisa mendoakan yang terbaik untuk kalian"
Sara menganggukkan kepalanya sambil memeluk tubuh tambun ayah.
Satu pekan setelah Sara melaksanakan sholat istikharah, Damar pulang ke Indonesia. Dia menepati janji untuk melamar Sara, dia membawa keluarga besar nya meminta Sara menjadi istrinya. Dengan perasaan suka cita, ayah Sara menerima pinangan dari Damar.
"Alhamdulillah buk, lamaran Damar di terima.." bisik Damar kepada ibunya
"Iyo lhe.. Sara dimana ya? Dari tadi kok tidak kelihatan" tanya ibu
"Damar juga belum lihat buk, mungkin setelah ini, dia keluar" jawab Damar
Beberapa menit kemudian, Sara keluar dari dalam kamar dengan di gandeng oleh ibunya. Damar tampak terkejut saat ia melihat Sara berbalut kerudung cokelat muda, di padukan dengan kebaya panjang yang senada dengan warna hijab.
"Lhe.. sejak kapan Sara memakai kerudung?" Tanya ibu kepada Damar
"Damar, juga tidak tahu bu. Mungkin sejak hari ini" jawab Damar
"Tambah ayu.." puji Ibu saat melihat Sara
"Iya buk, tanggal pernikahannya di majukan saja buk. Jangan lama-lama" bisik Damar di telinga ibu sambil mesam mesem
Ibu mencubit pinggang Damar "Hush.. sabar, kita rundingkan bareng-bareng. Ojo grusa-grusu"
"Iya buk.."
Tanggal pernikahan telah ditentukan oleh kedua belah pihak. Tepat 3 minggu setelah acara lamaran, akad diselenggarakan di rumah Sara. Pagi hari sebelum akad di mulai, Sara menemui ayah dan ibunya, dia peluk kedua orang tuanya erat-erat "ayah, ibu, setelah ini Sara akan tinggal di Amerika. Bagaimana, kalau Sara merindukan kalian.?" Tanya Sara dengan sesenggukan
Ibu membelai punggung Sara "jangan menangis nak, riasan mu nanti jadi jelek lho.." kata Ibu
"Sara, jadilah istri yang baik untuk suamimu. Dia sangat mencintai mu begitu juga kamu, jagalah cinta kalian. Ayah dan ibu hanya bisa mendoakan dari sini, agar kalian tetap bahagia" Ayah membelai kepala Sara dengan lembut
"Ayah, Ibu terima kasih atas segalanya. Restui pernikahan Sara dan Mas Damar" kata Sara yang masih berurai air mata
"Jangan nangis Sara, lihatlah Damar sudah datang. Hapus air matamu, mulai hari ini hiasilah hari-hari mu dengan tersenyum nak" ibu menghapus air mata yang membasahi pipi Sara
Sara duduk disamping Damar, melihat raut muka calon suaminya sangat gugup, berulang kali ia mengusap peluh yang ada di kening. Sara memukul lengan Damar "Mas Damar, santai saja" kata Sara yang berusaha menenangkan kegelisahan Damar
"Iya dek.." kata Damar
Sara mendekatkan tubuhnya kepada Damar "Sejak kapan, aku di panggil dek. Romantis banget.."
Damar tersenyum "sejak pagi ini, kamu biasanya memanggil ku dengan panggilan Damar, lalu merubahnya menjadi mas, sewajarnya kan, aku sekarang memanggil mu, dek"
Sara mencubit pinggang Damar, "ayah dan pak penghulu sudah datang, jangan lupa baca bismillah mas Damar"
Dengan satu kali tarikan napas, Damar mengikrarkan janji suci di hadapan ayah Sara, dan disaksikan oleh beberapa saksi. Tangis bahagia mengiringi pernikahan Sara dan Damar.
Satu bulan sudah usia pernikahan mereka, sekarang Damar dan Sara tinggal di Amerika. "Ternyata, menatap birunya langit bersama-sama itu jauh lebih indah ya" kata Sara sembari menyandarkan kepalanya di bahu Damar
Damar tersenyum tipis "sekarang, rindu itu sudah bermuara" Damar mengecup mesra kening istrinya
#ODOP Batch 7
Magelang, 3102019, 22:37
True story kah ini? Sukaaa ....
BalasHapus