Langsung ke konten utama

Kenangan Pilu Saat Purnama (Part 1)



  Dari sebuah bingkisan, aku terkesan dengan sejuta pesona yang ia tawarkan. Dia memang rupawan, bak pahlawan yang sulit untuk dilupakan “Baim” namanya. Pertemuan kami begitu singkat bagaikan kilat, dan aku terpikat. Entah, apa yang ia gunakan untuk memikat hatiku. Rasanya bunga - bunga cinta mekar di hati. Aku jatuh cinta dengannya, sejak pertama kali ku tatap ia dengan penuh rasa malu. Lesung pipit nya membekas di ingatan ku.

  Seiring berjalannya waktu, cinta kami bersemi. Dia menyambut baik cinta ku, rasa di hati kian membuncah, meletup - letup bagaikan kembang api tahun baru. Tak pernah kusangka cinta pertama ku sungguh indah. Bagiku, dia lelaki sempurna yang Tuhan kirim untukku, banyak harapan dan angan - angan yang ku impikan bersamanya. Sungguh, aku tidak bisa lagi menggunakan logika ku lagi, semuanya hanya tentang dia. Aku mabuk karena cintanya. 

   Malam itu, dia mengajakku bertemu di taman kota. Purnama bersinar amat cantik, menguning, bulat sempurna, menjadi primadona diantara para bintang. Kami duduk di sudut bangku taman kota, melihat air mancur menari - nari. Tangannya memegang lembut tangan ku "Ris.. " katanya lirih. Jantung ku berdegup kencang, walaupun aku sudah menjadi kekasih nya, untuk menatap wajahnya, kadang aku masih grogi "Iya, mas" sahut ku. 

   Ku lihat dia tersenyum saat ada anak kecil lewat di hadapan kami sembari mengatakan "ciyeeee pacaran" katanya dengan usil. Lama ku perhatikan laki - laki yang sangat kucintai, walau diam, memandangnya sungguh indah bahkan lebih sempurna daripada rembulan malam itu. "Kamu ingat saat aku mengatakan, aku ingin menjadi kekasih mu?" Tanya nya memecah keheningan 
"Masih, mas. Bagaimana, aku bisa melupakan kenangan indah itu. Bagiku, hari itu akan ku kenang selamanya di hidupku" jawab ku penuh semangat 
Dia tersenyum manis hingga lesung pipit nya dapat ku lihat "Manis sekali, seperti gulali" batin ku 

   Hening, embusan angin malam menelisik ditubuh, ku rapatkan tubuh ku padanya hingga aku bisa bersandar pada bahu bidangnya "Dingin.." kata ku malu - malu 
Dia rengkuh kedua bahu ku dengan mesra, aku pun bisa mendengar detak jantungnya, ku sandarkan kepalaku di dadanya "mas, malam ini kan bukan malam minggu, kok ngajak ketemuan?" Tanya ku 
"Aku kangen kamu Ris,..." jawab nya seraya menatap kedua mata ku 
Kedua pipi ku merona, "ah, gombal.." kata ku dengan memanyunkan bibir "biasanya kalau mas ngajak ketemuan selain malam minggu. Ada hal yang penting yang akan di bicarakan. Apa mas..?" Tanya penuh selidik

   Ku tengok wajah kekasih ku menjadi panik, walau dia berusaha menutupi dengan banyak memberikan senyum manis, aku bisa menangkap sorot matanya seperti ada yang ingin ia ungkapkan, namun ragu - ragu. Dia tidak menjawab pertanyaan terakhir ku, "mas, apa yang mau di bicarakan? Katakanlah" kata ku sedikit memaksa. Dia berkali - kali menelan ludah, kedua matanya kerlip berulang - ulang, "mas, ada yang kamu sembunyikan dari ku. Mengapa tak bicara..?" Tanya ku yang mulai kesal 

 Dia menghela napas panjang, menundukkan kepala, dia gigit bibir bawah nya "ada apa mas..?" Tanya ku sembari ku belai punggungnya 
Lama, ia tidak menjawab, hening menghampiri kami cukup lama, ku tunggu hingga dia berkata "aku ingin kita putus, Risa" jawabnya 

    Tak pernah terbayangkan dalam otakku, aku akan mendengar kata - kata itu dari mulut laki - laki yang sangat ku cintai. Hati ku hancur, ibarat piring porselen yang di banting oleh tuannya, remuk, berkeping - keping. Air mata ku berurai membasahi kedua pipi. Aku menangis tersedu - sedu, banyak orang melihat ku dengan tatapan aneh, namun aku tidak peduli. Aku hanya ingin menangis dan menangis. Cahaya purnama adalah saksi bisu kepiluan hatiku. Walau aku masih terisak - isak, ku beranikan untuk bertanya apa alasannya ia memutus kan hubungan secara sepihak "apa alasan nya mas.." tanya ku terbata - bata

   Dia mengeluarkan sebuah kartu berwarna putih yang di bungkus plastik, "apa ini mas?" Tanya ku yang masih tersedu - sedu. 
Dia tidak menjawab pertanyaan ku, akhirnya ku buka kartu itu, aku bukan lagi hancur tetapi lebur bagaikan bongkahan es yang terkena panas nya api
"ini kartu undangan pernikahan Mas Baim" gumam ku lirih 

Bersambung... 

Magelang, 11Oktober2019, 22:38
ODOP Batch 7

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Balkondes Karangrejo

Magelang kota gemilang, semboyan kota ini. Berbicara tentang pesona Kabupaten Magelang, maka Candi Borobudur lah ikonnya. Siapa yang tak mengenal candi Borobudur, destinasi wisata pemantik wisatawan lokal, luar lokal bahkan mancanegara untuk mengunjungi tempat ini. Hampir setiap hari selalu ada pengunjung yang mengunjungi Candi Borobudur, tidak ada kata sepi, selalu ramai. Apalagi Saat akhir minggu atau pas musim liburan sekolah, wisatawan bisa melonjak berkali - kali lipat. Dengan adanya tempat pariwisata ini, membuat perekonomian warga sekitar meningkat, namun tidak keseluruhan warga Borobudur. Beberapa tahun yang lalu Menteri BUMN Rini Soemarno mendatangi kawasan candi Borobudur dan desa di sekitar Borobudur. Beliau meninjau bahwasanya hampir semua warga Borobudur masih di bawah garis kemiskinan, sedangkan mereka mempunyai Candi Borobudur yang ramai pengunjung tiap harinya.  Kemudian, Menteri BUMN mempunyai gagasan yakni membangun Balkondes untuk warga Borobudur. ...

Belajar Jujur Dalam Segala Hal

  Siang itu, aku sedang bermain dengan adik perempuan ku di teras rumah. Ku lihat, Tobi berjalan terburu-buru dengan membawa satu kantong kresek hitam berisi telur. Aku pun merasa penasaran, ku ikuti langkah kakinya, dia berhenti di pekarangan dekat rumahnya sedangkan aku bersembunyi di balik pohon rambutan. Tobi mengeluarkan beberapa lembar uang dari dalam saku celana pendek, ia membagi uang tersebut menjadi dua bagian. Yang satu ia masukkan kedalam kantong kresek sedangkan yang lainnya ia kembalikan kedalam saku celana.    Aku tetap mengamati Tobi dari kejauhan, ku lihat ia masuk kedalam rumah. Beberapa menit kemudian dia keluar rumah dengan mengendarai sepedah hitamnya. "Aku harus mengikuti Tobi" gumam ku Aku segera pulang kerumah, mengeluarkan sepedah merah ku, dan mengejar Tobi. Dia sedang berada di toko peralatan sekolah, ku hampiri dia "Tobi, kamu beli apa?" Tanya ku penuh selidik  "Aku beli penggaris dan bulpen" jawab Tobi  "Kamu ...

Bonding ala Terius

Saya adalah penggemar Drama Korea. Walaupun sudah berstatus "emak" sayapun masih tetap menyukainya. Kadang saat weekend atau pas me time sering ku gunakan untuk melihat dramkor. Semula suami tidak begitu menyukai dramkor, seiring berjalannya waktu pas aku sedang lihat, diam diam suami ikutan nonton juga. Dari situ beliau sedikit tertarik dengan dramkor, kami pun jadi sering menghabiskan waktu bareng untuk melihat dramkor. Banyak dramkor yang telah kami lihat, akan tetapi hanya ada beberapa saja yang menurut kami sangat cocok untuk dijadikan referensi dalam menjalani kehidupan diantaranya dalam mengasuh anak, membina keluarga, menjaga komitmen pernikahan dan perjuangan menggapai mimpi. Nah, saya sangat tertarik untuk mengulas salah satu dramkor yang sudah khatam kami tonton, drama tersebut berjudul "Terius Behind Me". Drama ini banyak menggambarkan adegan bonding antara anak dan ayah, menurutku cara Terius menjalin kedekatan dengan anak anak bisa di jadikan acua...