Dari sebuah bingkisan, aku terkesan dengan sejuta pesona yang ia tawarkan. Dia memang rupawan, bak pahlawan yang sulit untuk dilupakan “Baim” namanya. Pertemuan kami begitu singkat bagaikan kilat, dan aku terpikat. Entah, apa yang ia gunakan untuk memikat hatiku. Rasanya bunga - bunga cinta mekar di hati. Aku jatuh cinta dengannya, sejak pertama kali ku tatap ia dengan penuh rasa malu. Lesung pipit nya membekas di ingatan ku.
Seiring berjalannya waktu, cinta kami bersemi. Dia menyambut baik cinta ku, rasa di hati kian membuncah, meletup - letup bagaikan kembang api tahun baru. Tak pernah kusangka cinta pertama ku sungguh indah. Bagiku, dia lelaki sempurna yang Tuhan kirim untukku, banyak harapan dan angan - angan yang ku impikan bersamanya. Sungguh, aku tidak bisa lagi menggunakan logika ku lagi, semuanya hanya tentang dia. Aku mabuk karena cintanya.
Malam itu, dia mengajakku bertemu di taman kota. Purnama bersinar amat cantik, menguning, bulat sempurna, menjadi primadona diantara para bintang. Kami duduk di sudut bangku taman kota, melihat air mancur menari - nari. Tangannya memegang lembut tangan ku "Ris.. " katanya lirih. Jantung ku berdegup kencang, walaupun aku sudah menjadi kekasih nya, untuk menatap wajahnya, kadang aku masih grogi "Iya, mas" sahut ku.
Ku lihat dia tersenyum saat ada anak kecil lewat di hadapan kami sembari mengatakan "ciyeeee pacaran" katanya dengan usil. Lama ku perhatikan laki - laki yang sangat kucintai, walau diam, memandangnya sungguh indah bahkan lebih sempurna daripada rembulan malam itu. "Kamu ingat saat aku mengatakan, aku ingin menjadi kekasih mu?" Tanya nya memecah keheningan
"Masih, mas. Bagaimana, aku bisa melupakan kenangan indah itu. Bagiku, hari itu akan ku kenang selamanya di hidupku" jawab ku penuh semangat
Dia tersenyum manis hingga lesung pipit nya dapat ku lihat "Manis sekali, seperti gulali" batin ku
Hening, embusan angin malam menelisik ditubuh, ku rapatkan tubuh ku padanya hingga aku bisa bersandar pada bahu bidangnya "Dingin.." kata ku malu - malu
Dia rengkuh kedua bahu ku dengan mesra, aku pun bisa mendengar detak jantungnya, ku sandarkan kepalaku di dadanya "mas, malam ini kan bukan malam minggu, kok ngajak ketemuan?" Tanya ku
"Aku kangen kamu Ris,..." jawab nya seraya menatap kedua mata ku
Kedua pipi ku merona, "ah, gombal.." kata ku dengan memanyunkan bibir "biasanya kalau mas ngajak ketemuan selain malam minggu. Ada hal yang penting yang akan di bicarakan. Apa mas..?" Tanya penuh selidik
Ku tengok wajah kekasih ku menjadi panik, walau dia berusaha menutupi dengan banyak memberikan senyum manis, aku bisa menangkap sorot matanya seperti ada yang ingin ia ungkapkan, namun ragu - ragu. Dia tidak menjawab pertanyaan terakhir ku, "mas, apa yang mau di bicarakan? Katakanlah" kata ku sedikit memaksa. Dia berkali - kali menelan ludah, kedua matanya kerlip berulang - ulang, "mas, ada yang kamu sembunyikan dari ku. Mengapa tak bicara..?" Tanya ku yang mulai kesal
Dia menghela napas panjang, menundukkan kepala, dia gigit bibir bawah nya "ada apa mas..?" Tanya ku sembari ku belai punggungnya
Lama, ia tidak menjawab, hening menghampiri kami cukup lama, ku tunggu hingga dia berkata "aku ingin kita putus, Risa" jawabnya
Tak pernah terbayangkan dalam otakku, aku akan mendengar kata - kata itu dari mulut laki - laki yang sangat ku cintai. Hati ku hancur, ibarat piring porselen yang di banting oleh tuannya, remuk, berkeping - keping. Air mata ku berurai membasahi kedua pipi. Aku menangis tersedu - sedu, banyak orang melihat ku dengan tatapan aneh, namun aku tidak peduli. Aku hanya ingin menangis dan menangis. Cahaya purnama adalah saksi bisu kepiluan hatiku. Walau aku masih terisak - isak, ku beranikan untuk bertanya apa alasannya ia memutus kan hubungan secara sepihak "apa alasan nya mas.." tanya ku terbata - bata
Dia mengeluarkan sebuah kartu berwarna putih yang di bungkus plastik, "apa ini mas?" Tanya ku yang masih tersedu - sedu.
Dia tidak menjawab pertanyaan ku, akhirnya ku buka kartu itu, aku bukan lagi hancur tetapi lebur bagaikan bongkahan es yang terkena panas nya api
"ini kartu undangan pernikahan Mas Baim" gumam ku lirih
Bersambung...
Magelang, 11Oktober2019, 22:38
ODOP Batch 7
Komentar
Posting Komentar