Siang itu, aku sedang bermain dengan adik perempuan ku di teras rumah. Ku lihat, Tobi berjalan terburu-buru dengan membawa satu kantong kresek hitam berisi telur. Aku pun merasa penasaran, ku ikuti langkah kakinya, dia berhenti di pekarangan dekat rumahnya sedangkan aku bersembunyi di balik pohon rambutan. Tobi mengeluarkan beberapa lembar uang dari dalam saku celana pendek, ia membagi uang tersebut menjadi dua bagian. Yang satu ia masukkan kedalam kantong kresek sedangkan yang lainnya ia kembalikan kedalam saku celana.
Aku tetap mengamati Tobi dari kejauhan, ku lihat ia masuk kedalam rumah. Beberapa menit kemudian dia keluar rumah dengan mengendarai sepedah hitamnya. "Aku harus mengikuti Tobi" gumam ku
Aku segera pulang kerumah, mengeluarkan sepedah merah ku, dan mengejar Tobi. Dia sedang berada di toko peralatan sekolah, ku hampiri dia "Tobi, kamu beli apa?" Tanya ku penuh selidik
"Aku beli penggaris dan bulpen" jawab Tobi
"Kamu mencuri uang Bude Fatim, aku tadi melihat kamu membagi uang kembaliannya menjadi dua" kata ku dengan penuh curiga
"Kamu jangan menuduh ku sembarangan, aku tidak menyembunyikan uang kembaliannya ibuk.." kata Tobi tidak terima
"Biar kita tidak saling menuduh, buktikan kepada ku, kalau uang itu masih ada. Dan, Bude Fatim harus menjadi saksinya" kata ku yang masih tidak mau mengalah
Tobi tampak gugup, saat ku tantang ia untuk membuktikan bahwa perkataan ku salah. Tobi menundukkan kepala "boleh, aku jujur kepada mu, Fira.." kata Tobi lirih
"Boleh.." kata ku
Tobi menghela napas panjang "sebenarnya, uang ibu memang aku sembunyikan sebagian tapi tidak ku gunakan untuk beli jajan, atau membeli mainan. Aku hanya beli penggaris dan bulpen, karena aku telah menghilangkan penggaris dan bulpennya Tini"
Ku tatap wajah sepupu ku lekat-lekat "apa pun yang terjadi, berbohong bukanlah sesuatu yang baik, Tobi. Aku tahu, kamu merasa bersalah karena telah menghilangkan barangnya Tini, tetapi cara mu tidak begini, Tobi"
Tobi masih tetap menundukkan kepalanya "lalu, apa yang harus ku lakukan, Fira.." Tanya Tobi
"Ayo, kita katakan yang sebenarnya kepada bude Fatim. Aku yakin, bude tidak akan marah, asalkan kamu mau jujur" jawab ku
"Baiklah, Fira.."
Kami pun segera pulang, aku menghampiri Bude Fatim yang sedang duduk bersantai sambil menonton TV. Namun, Tobi tidak berani masuk kedalam rumah, ia berdiri di halaman rumah dengan raut wajah yang ketakutan. Ku tarik lengannya agar ia masuk rumah "ayooo Tobi, bicaralah dengam bude" kata ku
Tobi menggelengkan kepala. Bude melihat kami tarik menarik, beliau menghampiri kami "ada apa ini? Kok kalian tarik menarik seperti lomba tarik tambang saja" kata Bude
"Tobi, mau mengatakan sesuatu kepada Bude Fatim" kata ku
Bude Fatim mendatangi Tobi "ada yang kamu sembunyikan dari, ibuk..?"
Tobi menundukkan kepala menatap ujung kuku kakinya yang hitam "Tobi, minta maaf ibuk. Tidak seharusnya Tobi, menyembunyikan uang kembalian telur. Uang itu sudah Tobi pergunakan untuk membeli ini" Tobi menyerahkan satu kantong plastik berisi penggaris dan bulpen
"Kalau kamu perlu penggaris dan bulpen, katakan kepada ibuk, maka akan kubelikan, nak..." Bude Fatim membelai rambut Tobi yang ikal
"Tetapi, kedua barang ini bukan untukku, ibuk" kata Tobi
"Lalu, untuk siapa?" Tanya Bude Fatim penasaran
"Untuk Tini, karena aku telah menghilangkan penggaris dan bulpennya" jawab Tobi
Bude Fatim menghela napas panjang "jadi, kamu ingin mengganti barang-barangnya Tini, dengan uang kembalian ibu. Tetapi, kamu tidak mau berkata jujur kepada ibuk"
Tobi menganggukkan kepala "iya, Ibuk.."
"Seharusnya, kamu berkata jujur nak. Bukannya berbohong. Ibuk bangga dengan mu, karena mau bertanggung jawab mengembalikan barang-barangnya Tini, namun cara mu kurang tepat, nak. Jangan di ulangi lagi ya, dan ingat harus hati-hati menjaga barang orang lain" pesan bude kepada Tobi
"Iya, ibuk. Tobi, akan mengingatnya.."
"Sebagai hukuman atas ketidak jujuran mu kepada Ibuk, maka uang jajan mu akan dipotong setengah selama 3 hari" kata Bude Fatim
"Baiklah, Ibuk.." kata Tobi pasrah
Semenjak saat itu, Tobi selalu berkata jujur kepada ibunya. Dan ia menjadi lebih berhati-hati lagi dalam meminjam barang apapun milik temannya.
ODOP Batch 7
Magelang, 4102019, 23:09
Kalo kata netijen jaman now, julit ya mba, jujur itu sulit 😀😀
BalasHapusPesan moralnya mengena sekali 🌹🌹
Iya mbak..
HapusTerispirasi dari julit nya netijen +62.. hehhee 😁
Tobi anak baikk masyaAllah berani mengakui kesalahan dan minta maaf.
BalasHapusSama kayak aku yo mbak ??? 😂😂😂🙈🙈🙈
HapusHehehe 😂😂😂 dimanapun tempatnya duo mbak Jihan dan Mas Syaif selalu rame yaa.. 🤭
Hapusjujur salah satu sifat kebanggan Rasullallah Tobi hebat jadi anak sholeh ya dek tobi
BalasHapusIya mbak.. ❤
HapusBisa diceritakan ulang buat anakku ini
BalasHapusMonggo bu.. 🤭
HapusJujur harus diajarkan swjak dini
BalasHapusEnggeh leres bu lilis... 🥰
HapusTidak banyak orang yang benar2 punya sifat jujur, termasuk diri sendiri. Aku pun terkadang masih tidak jujur, baik dengan mereka ataupun diri sendiri. Berkata bahwa aku baik2 saja tapi pada kenyataannya, tidak.😢
BalasHapusIya mbak.. kebanyakan wanita sok strong nyatanya gak kuaaattt... 😭😭😭😭
HapusKeren, lanjut mbak nulisnya 😊
BalasHapusTerima kasih mbak.. 🥰🥰🥰
HapusMasyaAllah..hikmahnya langsung mengena..bacaan yang bagus..dikirimkan ke majalah mbak..
BalasHapusNiat Tobi baik, caranya saja yg tdk tepat. Noted.
BalasHapus