Pagi itu, gumpalan gumpalan awan kelabu masih menutupi sang surya. Semalam hujan tiada henti membasahi bumi, menyisakan genangan, membuat dingin kian menusuk tulang, gerimis tiba tiba turun membuat sang mentari enggan menampakkan sayap nya. Dinding kaca rumah sakit pun menjadi berembun, "Damar.." Sara menulis dengan ujung jarinya.
Dia rapatkan kedua tangan, embusan angin membuat buku kuduk nya merinding "dingin" gumam Sara seraya menutup tirai jendela. Ia duduk menghadap layar komputer, aroma teh melati masih mengepul di dalam cangkir, Sara membuka email, berharap ada pesan dari kekasih hati "yaaa.. tak ada pesan" gerutu Sara.
Sara menyeruput teh hangat, menikmati kehangatan teh menjalar di tubuh nya "hangat..." ucap Sara lirih.
Tulalit ... Tulalit ... Tulalit.. suara handphone Sara berdering sangat keras, "Damar menelpon ku" Kata Sara ketika ia melihat layar handphone
"Assalamu'alaikum..." sapa Sara
"Wa'alaikumsallam.." Jawab Damar
"Tumben kamu telpon aku, lagi tidak sibuk di kantor, atau sedang liburan"
Damar terkekeh "kamu itu tanya nya, satu satu, jangan main keroyokan"
Sara tersenyum lebar "baiklah... kamu sudah pulang kerja..?" Tanya Sara
"Sudah, beberapa hari ini tidak ada jam lembur. Jadi, aku bisa menggunakan waktu malamku untuk hal yang lain" jawab Damar
"Dua minggu yang lalu, kamu liburan ke pantai ya..?"
"Iya.. dapat libur, tapi cuma dua hari"
Sara menatap jauh keluar, rintikan air hujan kian deras menghujani "kamu liburan tidak mengajak ku"
Damar terkekeh lagi, terdengar dari ujung telpon Sara "kok kamu tertawa sih, Damar..." protes Sara
"Mungkin aku harus mengatakannya sekarang kepada Sara" Bathin Damar. Ia buka tirai jendela apartemennya, memandang kelap-kelip lampu di negeri Paman Sam. Ia menghela napas panjang, "mau sampai kapan, kamu akan terus menggantungkan hubungan mu dengan Sara. Ingat yang di katakan mas Galang, kalau sudah mapan, dari segi usia, materi, dan bekal agama, naik ke tahap selanjutnya, menikah" kata hati Damar
Lama ia terjebak dalam lamunan, "Damar.. kamu sudah tidur.." suara Sara membuyarkan angan angan Damar
"Belum, menikmati suasana malam di sini, tanpa kusadari, fikiran ku melayang layang kemana mana"
Sara terkekeh "apakah malam di sana sangat indah Damar?"
"Di sini, ada dua bintang, satu bercahaya dilangit, dua sinar lampu disini sangat banyak, hingga tampak bagaikan bintang"
"Aku bisa membayangkan betapa indahnya, Damar.."
Damar menarik napas dalam-dalam, lalu mengeluarkannya "Sara... maukah kamu menemani ku melihat bintang di sini, kita bisa menikmati indahnya pemandangan kota ini bersama"
"Mau dong, Damar. Kalau aku dapat hari libur, aku akan pergi mengunjungi mu" kata Sara dengan enteng tanpa berpikir panjang
Damar menghela napas panjang "aku mengajak mu kesini bukan sebagai pacar, Sara. Namun, sebagai istri Damar Ahmad Setiawan"
Mendengar apa yang di katakan oleh Damar, membuat jantung Sara berdetak tidak karuan, ia menelan ludah berkali kali, kedua pipinya menjadi memerah, "apakah ia barusaja melamar ku" kata hati Sara.
Ia letakkan handphonenya dia atas meja dengan masih terhubung dengan Damar, Sara duduk dikursi, menatap potret kekasihnya di atas meja, Sara ambil handphonenya "kamu melamar ku.."
"Iya.. aku tidak mau bermain-main lagi dengan hubungan kita, maukah kamu menikah dengan ku, temanilah aku disini, Sara. Agar rindu kita bermuara dengan kasih Nya"
"Ya Allah.. Damar benar-benar melamar ku" Bathin Sara. Kedua mata Sara berkaca kaca, perasaan di hatinya membuncah bagaikan kembang api. Ia pun meneteskan air mata, suara sesenggukannya terdengar dari ujung telpon Damar, "Sara, kamu sedang menangis" tanya Damar
Sara masih tersedu-sedu, dengan sisa-sisa tangisan ia menjawab lamaran kekasihnya "Damar.. aku menangis bahagia, aku mau menjadi istri mu"
"Alhamdulillah, liburan musim panas bulan depan. Aku akan melamar mu dengan membawa keluargaku. Dan, saat aku kembali kesini, aku berhatap kita sudah resmi menjadi suami istri"
Sara menghapus air matanya "bulan depan kita menikah, cepat sekali Damar. Baju pengantinnya bagaimana, undangannya bagaimana, tempat, dan semuanya. Terlalu mepet kalau bulan depan, Damar.."
Damar hanya menanggapi dengan tersenyum simpul "semuanya sudah aku urus, baju, undangan, tempat dan lain lainnya"
Sara seketika bengong kala ia mendengar semua persiapan pernikahannya telah di tata oleh Damar, dia cubit pipi kirinya "awww.. ternyata ini bukan khayalan, ini nyata, Sara.." gumam Sara lirih
"Sejak kapan kamu menyiapkan semua ini, Damar.." tanya Sara
"Sudah hampir satu setengah bulan ini. Ibu dan ayah juga mengetahui niat ku untuk melamar mu, InsyaAllah bulan depan kita menikah. Nanti pas kita lamaran, baru kita bicarakan lagi tanggal pernikahannya"
Sara tersenyum lebar hingga deretan gigi-gigi kecilnya terlihat "dari dulu, kamu selalu mahir dalam menyiapkan apapun, rencanamu matang dan di eksekusi dengan baik"
"Ini adalah hadiah yang pernah ku janjikan kepada mu, Sara. Aku pernah berkata kepada mu, kalau kamu bisa menyelesaikan dokter spesialismu sebelum berumur 30 tahun, aku akan memberi mu hadiah. Ya, ini adalah hadiah atas kerja keras mu selama ini"
Sara kembali meneteskan air mata "jadi, kamu merencanakan ingin menikahiku sudah sejak lama, bahkan saat kita masih SMA"
"Iya begitulah.."
#ODOP Batch 7
Magelang, 01102019, 23:09
Bagus ceritanya. Tapi agak bingung di pergantian tokoh. Lanjut mbak.
BalasHapusNext mbaaa. Damar the series ini
BalasHapusAawwhhh..so sweet mba, andai hidup bisa seindah cerita cinta yang kita tulis hihihi
BalasHapusAku kok berharap ending yang lain ya
BalasHapusWuihhh mendam prasaan sejak SMA
BalasHapusKeren... Ilustrasi dan langsung bisa membayangkan secara visual ini dapet mb... Saya sih yes.. Ditunggu karya berikutnya.
BalasHapusKeren, lanhutkan mbak
BalasHapusWah..ternyata akhirnya dilamar, tebakan ku kemarin meleset.
BalasHapusSemangat ditunggu selanjutnya mbak π
BalasHapusAku belum pedw menulis cerita yang ada dialognya. Harus banyak belajar
BalasHapusBerasa jadi sara yang masih LDR an ini yaa Rabb semoga segera di segerakan kayak saraπππ aamiinn heee kerennn mbak nggu terus ceritanya
BalasHapus