Langsung ke konten utama

"Toko Teduh"

Tugas ODOP ke 4


Tahukah kamu makna lain dari hujan,
adanya Hujan megajarkan ku apa arti hangat nya sinar mentari. Entah kapan hujan akan berhenti, aku juga tak tahu. Gemuruh petir saling bersautan membuat ku menutup telingaku, kilatan dari petir memecah langit, tiupan angin yang kuat membuat ranting pohon kecil berguguran, hujan lebat memunculkan banyak genangan di tepi jalan dan di selokan.
Aku memilih untuk berteduh daripada melanjutkan perjalanan ku dengan motor.
Karena aku adalah pemakai kacamata, saat hujan deras atau pas tengah malam membuat pandangan ku sedikit berkurang.
Tempat ku berhenti adalah sebuah toko yang sudah tutup. Aku berdiri sembari menunggu hujan reda, sore itu hujan sangat lebat hingga banyak orang di samping ku, ada sepasang kekasih, anak SMA, suami istri dan anaknya yang masih SD. Di samping ku ada dua anak kecil laki laki, mereka masih memakai seragam sekolah.
"Ton, hujan hujanan yuk" ajak temannya
"Ah, besok seragamnya masih di pakai Val" dia menolaknya
Tanpa sengaja aku pun mendengar pembicaraan mereka.
Ku rapatkan kedua tangan ku, karena embusan angin membuatku memundurkan langkah "dingin" gumam ku.
Di sebelah ku berdiri, ada sepasang kekasih  yang membuat ku sedikit cemburu "ah jomblo" entah mengapa aku menjadi kesal "aku baper..  nasib jomblo kehujanan"
ku hela nafas panjang, berusaha untuk tidak mendengarkan mereka berbicara atau melihat, akan tetapi mereka malah membuat ku semakin terbawa perasaan
"Sayang, pakailah jaket ku" pemuda itu melepas jaket hitamnya, dan memakaikan kepada kekasihnya
"Terima kasih sayang" kata si perempuan
Untuk kedua kalinya ku hela nafas panjang, ku ambil handphone dari tas ku "tidak ada chat, kecuali dari group. Jomblo ngenes" gerutu ku.
Berdiri jauh di samping ku ada siswi SMA, dia memakai kerudung warna putih, paras nya manis dengan lesung pipit di pipi saat dia menyapa ku dengan senyuman, aku pun membalas nya.
"Anak perempuan itu bahagia sekali" ucap ku lirih saat ku tatap dia sedang bercengkerama dengan ayah dan ibunya.
Ibunya merapikan rambut panjangnya yang berantakan karena terkena embusan angin, ayah nya memakaikan mantel kecil berwarna ungu agar baju anaknya tidak terkena percikan air hujan.
Tiba tiba air mata ku menetes "ibu.." ingatan ku kembali mengingat akan sosok ibuku yang telah tiada. Ada perasaan iri ketika anak itu bersenda gurau dengan ibunya, bagaimana ibunya memperhatikan anaknya "ah hujan ini sungguh sungguh membuat ku galau" sembari ku hapus air mataku.
.
.

Emak emak yang belajar tanpa henti dalam bidang menulis..
Magelang, 12092019,

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dunia Itu Memang Sempit (Part 6)

Part 6 "Baim duda, mereka bercerai..?" Tanyaku untuk memastikan perkataan Sari yang barusaja kudengar Sari menutup mulutnya "aku keceplosan Risa. Bagaimana ini..?" Gumamnya lirih "Maksudnya.." aku semakin bingung dan penasaran dengan fakta yang ditutupi oleh nya "Sar, ada apa..?" Tanyaku lagi Sari menghela napas panjang, sangat lama "Afi sudah meninggal, tepat setelah ia melahirkan Melani putrinya. Sejak saat itu, Baim menduda. Dia membesarkan Meimei sendirian, dia rela meninggalkan pekerjaan yang sudah lama ia geluti, demi anaknya. Sampai sekarang aku belum mendengar kalau ia akan menikah lagi" jawab Sari Kedua mataku berkaca - kaca, meneteskan buliran air mata "mengapa kamu tidak menceritakan kepadaku..?" Tanyaku sembari terisak - isak Sari memberiku tisu "ini permintaan dari keluargamu. Tante Irma tidak ingin membuka luka lamamu lagi" Jawab Sari Aku kian tersedu - sedu "Afi adalah teman kit

"Jangan Sakiti dan Sayangi Aku"

  Dikala senja menyapa, mata ini enggan untuk beranjak ke lain tempat karena memang pesona pegunungan tampak sangat nyata. Embusan angin membuat suasana menjadi semakin sejuk. Aku dan suami memilih waktu sore untuk mengunjungi festival ini, karena memang kami berburu view sore hari. Alhamdulillah, kami mendapat tempat yang lumayan strategis, dengan suasana yang sungguh sungguh kami inginkan.   Ya festival yang kami kunjungi ialah Festival Kuliner di Bakorwil Museum BPK Kota Magelang. Hampir setiap tahunnya selalu di selenggarakan dan terbilang sukses menarik para pengunjung. Kami pun selalu menyempatkan waktu untuk mengunjungi festival ini, karena memang makanan yang di tawarkan sangat bervariasi, dengan harga yang bermacam macam. Pemandangan yang apik pun bisa di nikmati oleh para pengunjung, karena berlatarkan kokohnya gunung Sumbing, deretan rumah warga, dan beberapa ekor rusa yang di lindungi.     "Subhanallah bagus banget ya mas, walau hanya gunung dan dataran

"Balkondes Ngadiharjo"

    Hari minggu ini, rutinitas seperti minggu-minggu yang lalu, belanja pagi bareng anak dan suami di Pasar Borobudur, pasar yang selalu ramai terletak persis di seberang gapura selamat datang Candi Borobudur, Magelang jawa tengah. Kebutuhan harian selama seminggu kedepan adalah daftar belanjaan wajib yang tak boleh kami lewatkan, tak lupa buah pisang untuk si kecil "Kamila" dan jeruk nipis untuk seduhan hangat di malam hari.   Setelah kami selesai berbelanja, suami berbisik kepada ku "dek, ke Balkondes Ngadiharjo yuk" aku pun langsung menyetujui tanpa berfikir panjang. Perjalanan menuju Balkondes tidaklah mudah, kami harus melewati jalan tanjakan dan tikungan. Tebing yang tinggi, hamparan sawah nan hijau, di tambah eloknya pemandangan bukit Menoreh, kian memanjakan mata "Subhanallah... dari dulu sampai sekarang belum berubah mas pemandangannya" kata ku    Cuaca sedikit mulai panas, namun tidak mengurungkan niat kami untuk berjalan jalan d