Langsung ke konten utama

"Balkondes Ngadiharjo"


    Hari minggu ini, rutinitas seperti minggu-minggu yang lalu, belanja pagi bareng anak dan suami di Pasar Borobudur, pasar yang selalu ramai terletak persis di seberang gapura selamat datang Candi Borobudur, Magelang jawa tengah. Kebutuhan harian selama seminggu kedepan adalah daftar belanjaan wajib yang tak boleh kami lewatkan, tak lupa buah pisang untuk si kecil "Kamila" dan jeruk nipis untuk seduhan hangat di malam hari.


  Setelah kami selesai berbelanja, suami berbisik kepada ku "dek, ke Balkondes Ngadiharjo yuk" aku pun langsung menyetujui tanpa berfikir panjang. Perjalanan menuju Balkondes tidaklah mudah, kami harus melewati jalan tanjakan dan tikungan. Tebing yang tinggi, hamparan sawah nan hijau, di tambah eloknya pemandangan bukit Menoreh, kian memanjakan mata "Subhanallah... dari dulu sampai sekarang belum berubah mas pemandangannya" kata ku


   Cuaca sedikit mulai panas, namun tidak mengurungkan niat kami untuk berjalan jalan di area Balkondes. Dahulu, di pusat Balkondes ada beberapa tempat duduk untuk para pengunjung agar mereka bisa melihat pemandangan bukit Menoreh secara santai dan teduh. Namun, sekarang kursi itu tidak ada, entah mengapa akan tetapi tidak mengurangi indahnya pesona Menoreh. "Duduk di sini saja mas, lesehan, mumpung belum ramai" aku mengajak suami duduk di salah satu joglo terluas di balkondes Ngadiharjo
"Enak tenan ya ndek kene, sepi, angine semilir, pemandangane apik, udarae masih alami. Pindah kesini gimana dek..?" Ajak suami ku
"Wah yo enak tenan mas pindah kesini, tapi di pucuk gunung mas. Nanti kalau ada sanak keluarga dari Blitar yang mau kemari, kesulitan mas jalurnya. Dari Jogjakarta juga banget mas, iso iso kita jarang muleh ke Blitar mas. Akses transportasine ndek sini sulit kie" kata ku
"Gak usah tinggal disini, tapi sering sering ae berkunjung ketempat ini ya"
"Setuju mas.."


  Dalam area Balkondes tidak hanya menawarkan panorama yang bagus saja, tetapi pengunjung juga bisa menikmati sajian kuliner yang menggiurkan. Mie Enthok, Es Dawet, Gorengan dan beberapa aneka minuman di jual di cafe Balkondes. Kami pun tergoda untuk mencicipi Mie Enthok, satu porsi harganya 15.000. Dan, satu mangkok es dawet yang di banderol 5000 saja. Sambil menunggu makanan datang, kami pun memesan satu piring mendoan dengan harga 5000.
"Dawete seger tenan dek.." puji suami
"Mau nambah lagi tho mas.." tanya ku
"Boleh, murah, enak, nyegerin, sambil melihat pemandangan, rasanya jadi nikmat banget"

                               (Mie Entok)

                           (Es Dawet dan Gorengan)
    Aku pun menambah satu mangkok lagi. Pelayanannya sangat ramah dan cekatan, jadi kami tidak perlu menunggu terlalu lama. Anakku Kamila bisa bermain dengan riang di taman dekat cafe "kupu.. kupu.. bunga.." karena memang di sana masih banyak sekali kupu kupu berterbangan. "Adanya Balkondes menjadi tempat wisata yang murah meriah ya dek, banyak edukasinya, dan udaranya masih segar" kata suami sembari menikmati es dawet
"Iya mas, Kamila seneng di ajak kesini. Iso mlayu mlayu, dolanan karo kupu kupu, kembange banyak mas, lahane ombo"


   Kami mengawasinya dari kejauhan, dia menghampiri kami dengan membawa setangkai bunga kertas warna putih "ini ibu.." dia memberiku bunga. Aku tersenyum "terima kasih sayang, ayah tidak kamu beri nak.." dia berlari lagi ke taman, memetik satu bunga lagi "ini ayah". Inilah liburan sederhana kami, tidak perlu pergi ketempat yang mahal, ke Balkondes saja sudah cukup membuat kami tertawa bahagia.

Tugas ODOP Batch 7 
Magelang, 22092019, 21.00


Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ulasan Novel Dilanku Tahun 1990

Dilan Dia adalah Dilanku Tahun 1990 adalah Judul dari novel karya Pidi Baiq. Di novel ini penulis menceritakan seorang perempuan bernama Milea Adnan Husain yang menjadi tokoh aku dalam cerita ini. Semula tinggal di Jakarta kawasan Slipi, tetapi dia bersama keluarga harus pindah ke Bandung kawasan Buah Batu. Di dalam novel ini menceritakan kisah cinta antara Milea dan Dilan. Semuanya berawal saat Milea yang baru saja pindah ke kota Bandung. Latar waktu cerita ini diambil pada tahun 1990 di Bandung. Semula Milea menetap di Jakarta dan kemudian ia pindah bersama dengan keluarganya di Bandung. Bersekolah di salah satu SMA Negeri yang ada di Bandung. Di sekolah inilah awal mula bertemunya Milea dan Dilan, lewat berbagai ramalan - ramalan yang di ucapkan Dilan kepada Milea. Walaupun Dilan terkenal dengan anak yang nakal sering di panggil guru BP, anggota geng motor, akan tetapi dia mampu memberikan perhatian yang lebih kepada Milea. Lewat cara yang unik membuat Milea jatuh hati pada Dilan...

Ulasan Cerpen "Kerinduan Terakhir"

Tugas mengulas cerpen "Kerinduan Terakhir" ini merupakan tugas pertama saya di kelas fiksi. Setelah dua bulan lamanya di godok dalam ODOP Batch 7, lalu  memilih kelas kelas fiksi.  Membaca karya - karya orang yang sudah mumpuni dalam bidang Sastra dan fiksi membuat termotivasi dalam dunia menulis. Salah satu tulisan yang saya ulas ialah milik dari Pakdhe Winarto Sabdo yang diposting di ngodop.com  http://www.ngodop.com/art/26/Kerinduan-Terakhir Cerita ini menceritakan tentang kerinduan kekasih kepada pujaan hatinya, yang merantau di luar kota, untuk bekerja. Yatijo sangat mencintai Arimbi, begitu juga sebaliknya. Namun, tatkala Arimbi harus bekerja keluar kota meninggalkan desa, karena diajak oleh Narni, Yatijo menjadi cemas. Takut kalau kekasih hatinya tak akan pulang lagi ke desa dan melupakannya. Sebelum Arimbi berangkat ke kota, Yatijo terus saja mengingatkan agar mengirimkan pesan, dan Arimbi berjanji akan mengirim surat pada kekasihnya. Akan tetapi, Arimbi melupa...

Merantau Itu Asik

Tantangan pekan akhir ODOP Batch 7 Tantangan ke 2 Biografi teman dari ODOP Januar Atiqoh, salah satu peserta ODOP Batch 7, dari Group Kairo. Wanita cantik nan manis kelahiran Yogyakarta, 29 tahun yang lalu tepatnya pada bulan Januari. Oleh karena itu kedua orang tuanya memberikan nama Januar padanya, sebagai penanda akan kelahirannya. Atiq, panggilan yang sering disapa orang - orang untuk mengenalnya. Ada sedikit cerita, di balik nama sapaanya, dulu kala sejak kecil ia di panggil Tika oleh keluarganya, beranjak memasuki TK (Taman Kanak Kanak) ia dipanggil Atiqoh. Masa - masa SMA banyak yang menyapanya dengan sapaan Tinyoh. Ketika memasuki jenjang perkuliahaan sebutan namanya pun berganti menjadi Atiq, hingga saat ini. Sejak usia dua tahun, hidup menjadi anak rantau telah ia cecap, Slawi - Tegal, Jawa Tengah tempat rantau yang di tuju. Tanpa kerabat yang dikenal, ia bersama keluarganya membangun asa di sana. Merantau didaerah orang, tidaklah semudah berjuang dikampung halaman...