Langsung ke konten utama

Jalan Ku "Farkhan dan Ersa Membawa Persamaan Kuadrat"

Saya masih belajar menulis, jadi mohon kritik dan saran..
Jalan ku "Farkhan dan Ersa Membawa Persamaan Kuadrat" judul di tulisan pertama ku, mungkin banyak salah atau tidak nyambung.. Maafkan masih belajar.



Aku masih ingat pesan yang disampaikan adik ipar ku tempo hari, "wong wedhok kie nek cuma dadi tulang rusuk iku gampang mbak, tapi nek nyambi karo dadi tulang punggung iku baru keren" katanya sambil tertawa. Menurutnya itu adalah sebuah guyonan, bagiku ada makna tersendiri yang sedikit menusuk hatiku, karena saat itu aku hanya menjadi tulang rusuk. Dari perkataan adikku itulah aku mulai berfikir, banyak pergulatan hati "apa hanya begini saja peran seorang istri, masak, macak, manak" hati ku yang lain berkata "tidak, kamu pun bisa menjadi bagian tulang punggung, memang tulang punggung itu adalah kewajiban suami namun alangkah lebih baiknya jika bisa di pikul bersama". Dari kegalauan hati ku, Allah mendengar keluh kesah ku, Dia buka kan jalan kecil untukku, "Bimbel Mutiara" jalan yang di amanahkan Allah untukku. Mengingat mereka datang untuk pertama kali, belajar dengan meja ala kadarnya, meja nya sedikit ketinggian akan tetapi mereka tidak mengeluh, namun ku lihat mereka berkali kali memijat punggung. "Aku harus nabung untuk beli meja" kata hatiku. Akhirnya tabungan ku cukup untuk membeli empat meja belajar yang besar, mereka tampak bahagia, dan aku bersyukur karena pembelajaran menjadi lebih nyaman.
Setiap hari mereka datang dengan membawa soal yang berbeda, awalnya aku sedikit kewalahan, namun aku tidak boleh menyerah, dari banyak nya soal yang mereka berikan untukku aku menjadi sering belajar, belajar Matematika, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, IPA, IPS, Bahasa Arab, dan masih banyak lagi. Semuanya kunikmati dengan sabar, ikhlas, syukur dan bahagia, karena mereka pula aku belajar banyak hal. 
Setiap malam kami belajar bersama, kemarin malam pas hari Minggu, Ersa dan Farkhan kedua muridku yang sudah kelas 3 SMP, membawa tugas yang sama yakni Matematika, bab nya "Persamaan Kuadrat" aku lihat buku mereka, ku baca singkat, ku mulai faham bagaimana menyelesaikannya, sedikit penjelasan dari ku membantu mereka menyelesaikan pekerjaan rumah nya "alhamdulillah" ucap ku dalam hati. 
"Mbak nomor 6 ini bagaimana..?" Tanya Farkhan dan Ersa 
Ku tengok soalnya "waduh.. gimana ya..." aku sempat kelabakan karena memang soalnya sedikit panjang. "Aku tidak boleh menyerah" kata kata motivasiku "bismillah.." ku pegang pensil dan buku sambil melihat buku catatan mereka, coret hapus coret hapus coret hapus, sampai buku ku tidak karu karuan "mbak suwe suwe buku ne jebol" kata Farkhan dengan polosnya
Aku pun tersenyum tipis "demi kalian buku jebol tidak masalah, asalkan soal nomor 6 iki rampung" 
Ersa melihat cara ku menyelesaikan soal nomor 6 yang sangat panjang "ngelu aku mbak" katanya sambil memegangi kepalanya 
Aku pun tertawa "ojo di gawe pusing, pokok di kerjakan, betul, biji seratus" 
Hampir 15 menit konsentrasiku tetap di nomor 6, kadang kadang aku pun juga geleng geleng karena banyak nya angka. Ku lihat Farkhan juga mencoba mengerjakan soal no 6, "mbak terus ini bagaimana?" Tanya nya 
Ku koreksi cara pengerjaannya "udah betul, tapi kok hasil nya kita berdua berbeda ya" kata ku 
Kami pun saling bertukar buku, dia mempelajari caraku, aku pun juga, walaupun dia lebih muda dari ku, aku tidak malu untuk belajar atau diskusi dengannya, "mbak iki mestinya negatif" dia menunjuk angka 4. Aku periksa lagi cara ku, dan ternyata aku memang kurang teliti "terima kasih Farkhan" kata ku dalam hati 
"Cara ku kepiye mbak?" Tanya Farkhan 
Ku teliti lagi "Farkhan sekarang aku ngerti, nyapow kok jawabane kita berbeda, aku salah di tanda min, sampean salah di pembagian akhir 64 di bagi 8 hasile 8, bukan 6" kita berdua pun tertawa "ealah mbak... ngantuk aku, 64 di bagi 8 jawabane salah.." 
Setiap hari kita belajar bersama, kita diskusi bersama, kadang juga ada perdebatan kecil. Apapun itu aku berusaha untuk mengambil hikmah dari setiap perjalanan hidup yang ku lalui, pahit, manis, asem, pedas kombinasi yang pas seperti satu piring rujak.
Ini adalah tulisan pertama ku di Blog, 2015 aku sudah membuat blog tetapi nganggur, tidak ada isinya, hehehe.. saat itu bingung mau nulis apa, tentang apa.. kebanyakan bingung tidak jadi menulis. Setelah sekian tahun, akhirnya kubuka lagi karena di ODOP Batch 7 ada pembelajaran tentang pengelolaan blog.  "yaaa blog kok bersih sekali" kata ku sambil cengar cengir "Bismillah melalui ODOP akan ku penuhi Blog ku" kata ku sambil mengetik tulisan ini.
.
.
.
Magelang, 9092019, 04.15 WIB

Komentar

  1. Balasan
    1. Terima kasih mbak..
      Maaf lagi belajar.. πŸ₯°
      Salam kenal nggeh..

      Hapus
    2. Terima Kasih mbak..
      Maaf sedang belajar menulis, jadi mungkin tulisannya sedikit acak adul..
      Salam kenal nggeh.. ❤

      Hapus
  2. MasyaAllah mantappp.. lanjutkan ka..πŸ™πŸŒΉ

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dunia Itu Memang Sempit (Part 6)

Part 6 "Baim duda, mereka bercerai..?" Tanyaku untuk memastikan perkataan Sari yang barusaja kudengar Sari menutup mulutnya "aku keceplosan Risa. Bagaimana ini..?" Gumamnya lirih "Maksudnya.." aku semakin bingung dan penasaran dengan fakta yang ditutupi oleh nya "Sar, ada apa..?" Tanyaku lagi Sari menghela napas panjang, sangat lama "Afi sudah meninggal, tepat setelah ia melahirkan Melani putrinya. Sejak saat itu, Baim menduda. Dia membesarkan Meimei sendirian, dia rela meninggalkan pekerjaan yang sudah lama ia geluti, demi anaknya. Sampai sekarang aku belum mendengar kalau ia akan menikah lagi" jawab Sari Kedua mataku berkaca - kaca, meneteskan buliran air mata "mengapa kamu tidak menceritakan kepadaku..?" Tanyaku sembari terisak - isak Sari memberiku tisu "ini permintaan dari keluargamu. Tante Irma tidak ingin membuka luka lamamu lagi" Jawab Sari Aku kian tersedu - sedu "Afi adalah teman kit

"Jangan Sakiti dan Sayangi Aku"

  Dikala senja menyapa, mata ini enggan untuk beranjak ke lain tempat karena memang pesona pegunungan tampak sangat nyata. Embusan angin membuat suasana menjadi semakin sejuk. Aku dan suami memilih waktu sore untuk mengunjungi festival ini, karena memang kami berburu view sore hari. Alhamdulillah, kami mendapat tempat yang lumayan strategis, dengan suasana yang sungguh sungguh kami inginkan.   Ya festival yang kami kunjungi ialah Festival Kuliner di Bakorwil Museum BPK Kota Magelang. Hampir setiap tahunnya selalu di selenggarakan dan terbilang sukses menarik para pengunjung. Kami pun selalu menyempatkan waktu untuk mengunjungi festival ini, karena memang makanan yang di tawarkan sangat bervariasi, dengan harga yang bermacam macam. Pemandangan yang apik pun bisa di nikmati oleh para pengunjung, karena berlatarkan kokohnya gunung Sumbing, deretan rumah warga, dan beberapa ekor rusa yang di lindungi.     "Subhanallah bagus banget ya mas, walau hanya gunung dan dataran

"Balkondes Ngadiharjo"

    Hari minggu ini, rutinitas seperti minggu-minggu yang lalu, belanja pagi bareng anak dan suami di Pasar Borobudur, pasar yang selalu ramai terletak persis di seberang gapura selamat datang Candi Borobudur, Magelang jawa tengah. Kebutuhan harian selama seminggu kedepan adalah daftar belanjaan wajib yang tak boleh kami lewatkan, tak lupa buah pisang untuk si kecil "Kamila" dan jeruk nipis untuk seduhan hangat di malam hari.   Setelah kami selesai berbelanja, suami berbisik kepada ku "dek, ke Balkondes Ngadiharjo yuk" aku pun langsung menyetujui tanpa berfikir panjang. Perjalanan menuju Balkondes tidaklah mudah, kami harus melewati jalan tanjakan dan tikungan. Tebing yang tinggi, hamparan sawah nan hijau, di tambah eloknya pemandangan bukit Menoreh, kian memanjakan mata "Subhanallah... dari dulu sampai sekarang belum berubah mas pemandangannya" kata ku    Cuaca sedikit mulai panas, namun tidak mengurungkan niat kami untuk berjalan jalan d