Langsung ke konten utama

Siapa Dia (Part 7)



Semenjak pertemuan itu, kami menjadi sering bertemu, walau tak bersua secara langsung, kami acap kali bertukar pesan singkat di whatsapp, menanyakan banyak hal, entah mengapa aku menjadi suka membawa handphone kemana - mana, sesekali kucek pesan masuk, diam - diam aku menunggu pesan darinya. Kala dia mengirim pesan padaku, hati ini sangat bahagia, senyum yang telah lama menghilang telah kembali merekah, benih - benih cinta yang sudah lama layu, kini kembali hidup, perasaan itu kembali mengisi relung kalbu "mungkin aku jatuh hati untuk kedua kalinya dengan laki - laki yang sama" kata hatiku 

Sebelum aku berangkat merantau lagi, Sari menemuiku di rumah, dia datang dengan tergopoh - gopoh, langsung membawaku kekamar, dan mengunci rapat - rapat pintu "Sar, ada apa..?" Tanya keheranan 
Dia menarik lenganku, menyuruhku duduk di pinggir ranjang, berdiri didepanku sambil berkacak pinggang "kamu balikan dengan Baim" tanyanya penuh cur⁵iga 
"Enggaklah, kamu kata siapa.." kutepis tuduhan Sari 
Sari menghela napas "Baim, berkali - kali menghubungiku, menanyakan kamu sukanya apa, bagaimana cara pikirmu, dan kapan kamu siap menikah. Kalau kalian tidak saling berkomunikasi, dia tidak akan kepo - kepo" 
Aku menundukkan kepala seraya menatap ubin kamar "kami belum jadian, kami hanya saling mengirim pesan singkat beberapa hari ini" 
Sari menunduk dihadapanku, memegang kedua bahu "aku hanya ingin menasehatimu, jangan sampai jatuh ditempat yang sama. Pikirkan itu, Risa.." 

Pesan dari Sari singkat dan mengena. Sepanjang perjalanan menuju kota rantauanku, pikiran dan hati lebih banyak memikirkan arah hubunganku dengan Baim "Bagaimana perasaan ayah dan ibu, jika tahu kalau kami balikan, siapkah aku menjadi ibu sambung Meilani, pekerjaanku, usiaku, apakah Baim juga memiliki pondasi agama yang baik, pekerjaanya, dan.. dan..." batinku berkecamuk dengan banyak pertimbangan yang tak mudah. 

Kuhela napas panjang "aku bukan anak gadis remaja lagi, yang jatuh cinta, pacaran, seneng - seneng. Sekarang aku Wanita dewasa yang berusia 27 tahun. Bukan saatnya memikirkan putus nyambung lagi, tetapi mencari lelaki yang bisa diterima oleh ayah dan ibu. Bagiku menikah bukan sekedar menyatukan dua insan diatas pelaminan saja, namun dua keluarga besar harus menjadi satu. Kalau, aku memilih Baim, ayah dan ibu pasti sangat sulit untuk memberi restu" gumam hatiku. Kutatap kaca jendela pesawat, lautan awan menggumpal berbentuk lucu - lucu bak arum manis di pasar malam. Tetapi hatiku sedang kecut, untuk kedua kalinya aku menteskan air mata gara - gara dia. 

Walau kami terpisah jarak dan waktu, dia tetap menyapaku melalui pesan singkat. Kadang - kadang aku hanya membaca pesannya tanpa balasan. Menjaga jarak dengannya, agar benih cinta dihati tidak tumbuh. Akan tetapi, rasa hati tidak tega mendiamkan dia tanpa alasan, sesekali aku balas chatnya. Kuceritakan kesibukan menjadi dosen, dan kegiatan yang lain. Lagi - lagi satu benih mekar diikuti yang lain, semakin kumatikan tumbuh kembangnya, kian tergila - gila pada dia. 

Akal sehatku tak ingin menerima cintanya, namun rasa hati bagaikan besi yang tertarik magnet. Jatuh kepusaran Cinta Lama Bersemi Kembali. Dia sungguh - sungguh dengan keinginannya untuk melanjutkan hubungan kami, namun separuh hati masih mengganjal. Berulang kali, aku menangguhkan niatnya untuk melamar, dengan dalih belum siap menikah. 

Hampir satu bulan aku telah di kota rantauan, tiba - tiba ayah menelponku "Risa, bisa pulang..?" Tanya ayah 
"Bisa, ayah. Ada apa..?" Aku balik bertanya 
"Ada laki - laki yang akan melamarmu" jawab ayah
Treeettt... Treeet... Treeettt... 
Bateraiku habis, panggilan kami terputus. "Ah.. sialan disaat genting seperti ini, handphone ku mati. Siapa laki - laki yang akan melamarku, jangan - jangan Baim sudah memperoleh restu dari ayah dan ibu.." gumamku lirih

Bersambung...

#ODOP Batch 7
Magelang, 21.37. 27102019

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ulasan Novel Dilanku Tahun 1990

Dilan Dia adalah Dilanku Tahun 1990 adalah Judul dari novel karya Pidi Baiq. Di novel ini penulis menceritakan seorang perempuan bernama Milea Adnan Husain yang menjadi tokoh aku dalam cerita ini. Semula tinggal di Jakarta kawasan Slipi, tetapi dia bersama keluarga harus pindah ke Bandung kawasan Buah Batu. Di dalam novel ini menceritakan kisah cinta antara Milea dan Dilan. Semuanya berawal saat Milea yang baru saja pindah ke kota Bandung. Latar waktu cerita ini diambil pada tahun 1990 di Bandung. Semula Milea menetap di Jakarta dan kemudian ia pindah bersama dengan keluarganya di Bandung. Bersekolah di salah satu SMA Negeri yang ada di Bandung. Di sekolah inilah awal mula bertemunya Milea dan Dilan, lewat berbagai ramalan - ramalan yang di ucapkan Dilan kepada Milea. Walaupun Dilan terkenal dengan anak yang nakal sering di panggil guru BP, anggota geng motor, akan tetapi dia mampu memberikan perhatian yang lebih kepada Milea. Lewat cara yang unik membuat Milea jatuh hati pada Dilan...

Ulasan Cerpen "Kerinduan Terakhir"

Tugas mengulas cerpen "Kerinduan Terakhir" ini merupakan tugas pertama saya di kelas fiksi. Setelah dua bulan lamanya di godok dalam ODOP Batch 7, lalu  memilih kelas kelas fiksi.  Membaca karya - karya orang yang sudah mumpuni dalam bidang Sastra dan fiksi membuat termotivasi dalam dunia menulis. Salah satu tulisan yang saya ulas ialah milik dari Pakdhe Winarto Sabdo yang diposting di ngodop.com  http://www.ngodop.com/art/26/Kerinduan-Terakhir Cerita ini menceritakan tentang kerinduan kekasih kepada pujaan hatinya, yang merantau di luar kota, untuk bekerja. Yatijo sangat mencintai Arimbi, begitu juga sebaliknya. Namun, tatkala Arimbi harus bekerja keluar kota meninggalkan desa, karena diajak oleh Narni, Yatijo menjadi cemas. Takut kalau kekasih hatinya tak akan pulang lagi ke desa dan melupakannya. Sebelum Arimbi berangkat ke kota, Yatijo terus saja mengingatkan agar mengirimkan pesan, dan Arimbi berjanji akan mengirim surat pada kekasihnya. Akan tetapi, Arimbi melupa...

Merantau Itu Asik

Tantangan pekan akhir ODOP Batch 7 Tantangan ke 2 Biografi teman dari ODOP Januar Atiqoh, salah satu peserta ODOP Batch 7, dari Group Kairo. Wanita cantik nan manis kelahiran Yogyakarta, 29 tahun yang lalu tepatnya pada bulan Januari. Oleh karena itu kedua orang tuanya memberikan nama Januar padanya, sebagai penanda akan kelahirannya. Atiq, panggilan yang sering disapa orang - orang untuk mengenalnya. Ada sedikit cerita, di balik nama sapaanya, dulu kala sejak kecil ia di panggil Tika oleh keluarganya, beranjak memasuki TK (Taman Kanak Kanak) ia dipanggil Atiqoh. Masa - masa SMA banyak yang menyapanya dengan sapaan Tinyoh. Ketika memasuki jenjang perkuliahaan sebutan namanya pun berganti menjadi Atiq, hingga saat ini. Sejak usia dua tahun, hidup menjadi anak rantau telah ia cecap, Slawi - Tegal, Jawa Tengah tempat rantau yang di tuju. Tanpa kerabat yang dikenal, ia bersama keluarganya membangun asa di sana. Merantau didaerah orang, tidaklah semudah berjuang dikampung halaman...