Langsung ke konten utama

Bayu Perkasa Yang Perkasa



  Pagi itu, kulihat adik perempuan ku bermuka masam, berkali - kali dia menghentak - hentakkan kakinya. Bibirnya manyun, kedua alisnya bertautan, "hah...." dia mendengus kesal. Kadang ia juga mengomel sendiri, entah apa yang ia racaukan. Namun, aku bisa menangkap raut wajah nya sedang marah. Ku hampiri dia "Naya, kok belum berangkat sekolah?" Tanya ku

    Dia menatap ku, dengan tatapan penuh kekesalan "semua ini, gara - gara Mas Bayu" jawab nya dengan ketus
"Lhooo.. memangnya, apa salah mas mu. Tiba - tiba, aku di marahi" tanya ku kebingungan
"Mas Bayu sih, sekolahnya mendadak libur. Naya kan, harus berangkat dengan anak pindahan. Aku gak suka.." jawab Naya dengan penuh kebencian
"Si Fika, dia anak baik, Naya. Dia, tidak mungkin menjahili kamu.." kata ku menenangkan Naya
"Tapi, aku tidak suka mas. Dia, datang ke desa ini, baru satu minggu mas, dan dia tidak pernah keluar rumah. Katanya, Susan dan Galih dia suka pukul orang" kata Naya tidak mau kalah
Ku hela napas panjang "itu fitnah, adikku. Kalau kamu belum mengenal dia dengan baik, darimana kamu bisa menyimpulkan jika dia suka pukul orang" kata ku menasehati Naya

  Adikku masih tetap ngeyel tidak mau mendengarkan apa yang ku katakan. Ia malah memilih mempercayai perkataan kedua temannya, yang sama - sama belum mengenal si Fika. Kami pun adu mulut, tidak ada yang mau mengalah. Ibu datang menengahi kami, lalu Naya berangkat sekolah, bahkan dia tidak mau menatap wajahku. Apalagi Menyalami ku.

"Ada apa..? Kelihatannya kalian sedang bertengkar?" Tanya ibu kepada ku
"Naya, buk. Belum kenal dengan Fika, anak pak Hamid tetangga baru kita. Kok sudah mengatakan, kalau dia suka pukul orang. Itu kan, fitnah, buk. Aku nasehati dia, eh.. malah di ngambek.." jawab ku dengan sedikit kesal
Ibu tersenyum mendengar cerita ku "namanya juga anak kecil. Mungkin mereka masih malu - malu untuk saling mengenal" kata Ibu menenangkan ku
"Iya buk. Tetapi, yang membuat aku jengkel, mengapa dia lebih mempercayai perkataan Susan dan Galih. Jelas - jelas mereka tidak tahu faktanya.." kata ku yang terdengar masih ngeyel menyalahkan Naya.
"Nanti kamu ajak bicara baik - baik adik mu. Jangan marah - marah, dia itu masih kelas 4 SD, Bayu..." pesan ibu
"Baiklah, ibuk..." kata ku

   Hari ini, aku libur. Karena, kakak tingkat ku kelas 9 SMP sedang UN. Jadi, aku libur untuk beberapa hari kedepan. Aku sangat senang, sebab aku bisa membantu ibu memanen cabe di sawah. Setelah, adik berangkat sekolah. Aku, dan ibu berangkat ke sawah. Sedangkan, Ayah pagi - pagi buta sudah pergi ke pasar untuk berdagang. Sepanjang jalan, aku bersandung riang, membuat ibu tertawa geli.

  Sinar mentari menerobos sela - sela tanaman yang ada di sawah. Menyibakkan embun yang membasahi dedaunan, dan rumput yang ku injak. Menghempaskan rasa dingin, memberikan kehangatan. "Bayu, kamu tidak mau bermain dengan Anton. Mumpung, kamu libur lho..?" Tanya Ibu
"Malas buk. Tiap hari, sudah bermain dengan Anton. Bayu, ingin mencari pengalaman baru" jawab ku
"Ikut ibuk memanen cabe di sawah tidak mudah lho, kamu nanti kelelahan" kata ibu
Ku busungkan dada sambil ku tepuk - tepuk dada ku " Bayu Perkasa harus perkasa dong buk, seperti namaku"
Ibu terkekeh melihat ku "anak ibu yang perkasa, ayo kita memanen cabe" ajak ibu
"Ayoooo ibuk..." seru ku dengan penuh semangat

   Waktu berjalan cepat bagaikan desingan peluru. Hari beranjak siang, matahari mulai meninggi, teriknya lumayan membuat peluh membasahi tubuh. Ku lihat ibu berulang kali memijit punggungnya karena terlalu lama merunduk untuk memanen cabe. "Ibuk, beristirahatlah. Biar Bayu yang merampungkan semuanya" kata ku
"Jangan memaksakan diri, Bayu. Nanti, kalau tidak selesai di lanjutkan besok lagi" kata Ibu
"Iya, ibuk.."

    Ketika kami sedang asyik memanen cabe, ku dengar suara teriakan Naya dari kejauhan sembari berlari. "Mas Baaayuuuuuuuu" teriaknya dengan melambaikan tangan. Aku pun membalas lambaian tangannya. Dengan napas yang masih tersengal - sengal, dia mendatangi ku. "Kamu sudah tidak marah dengan, Mas" tanya ku
Dia mengambil napas dalam - dalam lalu mengembuskannya "tidak mas. Dan, ternyata benar apa yang Mas katakan, Fika bukan anak yang suka pukul. Dia, anak yang baik. Dan, suara nya bagus sekali, mas. Banyak penghargaan yang telah ia peroleh. Aku bangga padanya" jawab Naya
Aku tersenyum lebar, kemudian ku jitak dahi nya "makanya, jangan suka berprasangka buruk dan jangan terlalu percaya apa yang di katakan teman - teman mu kalau tak ada buktinya. Bisa - bisa malah menimbulkan fitnah, adikku"
"Iya, Mas Bayu. Aku minta maaf ya mas" kata Naya
"Iya, kamu sudah ku maafkan kok. Tetapi ada hukuman dari Mas Bayu untuk mu" kata ku dengan cengar cengir
"Apa mas..?" Tanya Naya penuh selidik
"Kamu harus membantu kami memanen cabe" jawab ku
Ku lihat ia merasa keberatan dengan hukuman ku, "kalau Naya capek hukuman itu aku cabut dech. Agar Naya bisa istirahat, tidur siang" kata ku
"Enggak Mas, Naya akan membantu Mas Bayu dan Ibuk. Karena, Naya tidak nurut dengan mas. Maka, aku pantas mendapat hukuman" kata Naya
Ku acungi dia jempol "adikku sudah dewasa, makin pintar" puji ku kepada nya

Kami pun bersama - sama memanen cabe di sawah. Hari libur tidak harus diisi dengan main - main saja, membantu ibu juga menyenangkan. 

Magelang, 8102019, 22:58
ODOP Batch 7

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ulasan Novel Dilanku Tahun 1990

Dilan Dia adalah Dilanku Tahun 1990 adalah Judul dari novel karya Pidi Baiq. Di novel ini penulis menceritakan seorang perempuan bernama Milea Adnan Husain yang menjadi tokoh aku dalam cerita ini. Semula tinggal di Jakarta kawasan Slipi, tetapi dia bersama keluarga harus pindah ke Bandung kawasan Buah Batu. Di dalam novel ini menceritakan kisah cinta antara Milea dan Dilan. Semuanya berawal saat Milea yang baru saja pindah ke kota Bandung. Latar waktu cerita ini diambil pada tahun 1990 di Bandung. Semula Milea menetap di Jakarta dan kemudian ia pindah bersama dengan keluarganya di Bandung. Bersekolah di salah satu SMA Negeri yang ada di Bandung. Di sekolah inilah awal mula bertemunya Milea dan Dilan, lewat berbagai ramalan - ramalan yang di ucapkan Dilan kepada Milea. Walaupun Dilan terkenal dengan anak yang nakal sering di panggil guru BP, anggota geng motor, akan tetapi dia mampu memberikan perhatian yang lebih kepada Milea. Lewat cara yang unik membuat Milea jatuh hati pada Dilan...

Ulasan Cerpen "Kerinduan Terakhir"

Tugas mengulas cerpen "Kerinduan Terakhir" ini merupakan tugas pertama saya di kelas fiksi. Setelah dua bulan lamanya di godok dalam ODOP Batch 7, lalu  memilih kelas kelas fiksi.  Membaca karya - karya orang yang sudah mumpuni dalam bidang Sastra dan fiksi membuat termotivasi dalam dunia menulis. Salah satu tulisan yang saya ulas ialah milik dari Pakdhe Winarto Sabdo yang diposting di ngodop.com  http://www.ngodop.com/art/26/Kerinduan-Terakhir Cerita ini menceritakan tentang kerinduan kekasih kepada pujaan hatinya, yang merantau di luar kota, untuk bekerja. Yatijo sangat mencintai Arimbi, begitu juga sebaliknya. Namun, tatkala Arimbi harus bekerja keluar kota meninggalkan desa, karena diajak oleh Narni, Yatijo menjadi cemas. Takut kalau kekasih hatinya tak akan pulang lagi ke desa dan melupakannya. Sebelum Arimbi berangkat ke kota, Yatijo terus saja mengingatkan agar mengirimkan pesan, dan Arimbi berjanji akan mengirim surat pada kekasihnya. Akan tetapi, Arimbi melupa...

Merantau Itu Asik

Tantangan pekan akhir ODOP Batch 7 Tantangan ke 2 Biografi teman dari ODOP Januar Atiqoh, salah satu peserta ODOP Batch 7, dari Group Kairo. Wanita cantik nan manis kelahiran Yogyakarta, 29 tahun yang lalu tepatnya pada bulan Januari. Oleh karena itu kedua orang tuanya memberikan nama Januar padanya, sebagai penanda akan kelahirannya. Atiq, panggilan yang sering disapa orang - orang untuk mengenalnya. Ada sedikit cerita, di balik nama sapaanya, dulu kala sejak kecil ia di panggil Tika oleh keluarganya, beranjak memasuki TK (Taman Kanak Kanak) ia dipanggil Atiqoh. Masa - masa SMA banyak yang menyapanya dengan sapaan Tinyoh. Ketika memasuki jenjang perkuliahaan sebutan namanya pun berganti menjadi Atiq, hingga saat ini. Sejak usia dua tahun, hidup menjadi anak rantau telah ia cecap, Slawi - Tegal, Jawa Tengah tempat rantau yang di tuju. Tanpa kerabat yang dikenal, ia bersama keluarganya membangun asa di sana. Merantau didaerah orang, tidaklah semudah berjuang dikampung halaman...