Langsung ke konten utama

Alfa dan Beta, Tertukar



   Dahulu kala, hiduplah dua gadis kecil yang bernama Alfa dan Beta, Alfa lahir dari keluarga kaya raya dan Beta berasal dari keluarga miskin. Mereka tinggal di suatu desa yang terpencil, dan sudah berteman sejak lama hingga menjadi sahabat sangat baik. Tetapi kedua sahabat ini menyimpan rasa iri, kepada satu dengan yang lainnya. Beta selalu ingin menjadi layaknya Alfa yang kaya raya, dan Alfa ingin memiliki keluarga seperti Beta. Sebab, Keluarga Alfa sering bertikai. 

   Pada suatu hari, ketika mereka sedang bermain di tanah lapang, datanglah seseorang yang memakai jubah hitam, bertopi hitam, wajahnya nampak sudah tua, dan di tangan kiri memegang tongkat berwarna hitam. Dia membawa sekarung barang yang berisi bermacam - macam benda. Di belakangnya ada seekor kucing hitam yang selalu mengekor si nenek.

   "Penampilannya seperti seorang penyihir" Bisik Beta kepada Alfa 
"Iya, Bet. Dia mau apa ya..?" Tanya Alfa 
"Tidak tahu, pergi saja ya.." ajak Beta
Sebelum mereka beranjak pergi, si nenek menepuk pundak Alfa. Dengan suara berat ia berkata "tunggu sebentar" lalu ia mengambil 2 buah kalung dari dalam karung. Kalung itu berbentuk bintang. Kemudian dia berikan kepada Alfa dan Beta, dia berkata "kalung ini bisa mengabulkan keinginnan kalian".

   Alfa dan Beta ragu dengan perkataan si nenek, lalu dia berkata lagi "jika kalian tidak percaya coba saja pakai kalung itu, dan katakan keinginan kalian tepat pada pukul 12.00 malam, maka pada saat kalian terbangun permohonan kalian akan terkabul". Alfa dan Beta saling berpandangan, kedua mata mereka saling berkomunikasi walau tidak berucap. Lama mereka saling menatap, tanpa mereka sadari si nenek telah pergi meninggalkan mereka. 

   Alfa dan Beta pulang kerumah, karena mereka sangat penasaran dan ingin membuktikan perkataan si nenek, mereka pun memakai kalung tersebut. Di rumah masing-masing, mereka tidak bisa tidur hingga denting menunjukkan jam 12.00 malam. Mereka ingin membuktikan, perkataan si nenek tentang kekuatan kalung bintang. Lalu pada saat jam 12.00 malam mereka menyebutkan permohonannya "jika aku kaya seperti Alfa maka aku akan mendapatkan segalanya yang aku inginkan, tidak perlu susah payah lagi dalam segala hal" kata Beta sedangkan Alfa yang belum juga memejamkan mata, ia pun mengatakan keinginannya "jika aku mempunyai keluarga seperti Beta, maka aku akan sangat bahagia, tidak ada lagi pertengkaran dan aku bisa mendapatkan kasih sayang keluarga" seusai mengatakan permohonan, mereka tertidur dan kalung itu bersinar.

   Cling.. Cling... Cling.... 

   Ketika Beta bangun dari tidurnya, ia pun terkejut, ia sudah berada di rumah Alfa. Walau tubuh dan wajah milik Alfa, akan tetapi jiwa yang di dalamnya adalah Beta. 
Dia langsung bergegas lari keluar rumah, hendak pergi menemui Alfa. Mereka pun berpapasan di tengah jalan "apa permohonan mu semalam?" Kata Beta tidak sabar "mengapa kita bertukar?" Lanjut Beta 
"Artinya, permohonan kita sama Bet, kita ingin bertukar. Aku ingin menjadi kamu, dan kamu ingin menjadi aku" jawab Alfa
"Lalu, bagaimana nasib kita, Al" tanya Beta 
Alfa menghela napas panjang "kita jalani kehidupan ini selama satu minggu, kalau kita tidak nyaman, maka kita harus mencari si nenek, agar dia bisa mengembalikan jiwa kita" jawab Alfa
"Baiklah.." Kata Beta

   Satu minggu telah berlalu dengan keadaan jiwa mereka yang tertukar, mereka menjadi tahu bagaimana kehidupan masing - masing. Alfa mulai merasakan bagaimana kehidupan Beta yang serba kekurangan. Begitu juga Beta, dia ingin menjadi kaya, setelah ia menjadi kaya, ia malah merindukan keluarganya "Aku kangen dengan ayah dan ibu, aku memang hidup kaya, namun hari - hariku, sepi" kata Beta sambil mengaca di cermin 

   "Kehidupan Beta sungguh menyedihkan, untuk makan dan membeli baju, harus membutuhkan perjuangan yang sulit. Padahal, aku sering membuang baju - baju bagusku. Membeli makanan ini dan itu, sangatlah mudah. Tapi, sekarang aku kelaparan, ingin makan pun kesusahan" keluh Alfa. Dia melihat piringnya hanya berisi nasi dan kerupuk, dia kagum dengan kekuarga Beta yang lahap makan walau hanya dengan kerupuk, ia pun meneteskan air mata "di rumah, mama sering membuang makanan. Bodohnya aku, menjadi kaya raya namun tidak peka dengan lingkungan sekitar" batin ku 

  Lalu Alfa mencari Beta dan mereka bertemu di jalan. Mereka sepakat untuk mecari penyihir itu, di tempat kemarin di tanah lapang, namun tidak ada. Mereka mulai menyusuri kampung, hingga mereka menemukan si nenek sedang memberi makan kucing di depan gubuk. Mereka berlari mendatangi si nenek, dan mengembalikan kalung itu dan meminta agar kembali pada diri sendiri. 
"bagaimana? sudah mencobanya? Tanya si nenek sambil terkekeh.
"kalian bisa kembali kepada jiwa kalian, tatkala sudah pulang dari sini dan sampai di rumah" kata si nenek 
Alfa dan Beta mengganguk, mereka meninggalkan rumah penyihir dengan cepat - cepat. Berharap, agar jiwa mereka kembali. Sesampainya di rumah masing - masing, Alfa dan Beta pingsan. 

    Malam telah tiba, Alfa dan Beta terbangun dari pingsan. Beta segera mencari kedua orang tuanya "ayah, ibu kangen" kata Beta seraya memeluk kedua orang tuanya. Sedangkan Alfa lansung pergi keruang makan "aku lapar, sungguh lapar..." kata Ana sambil memakan ayam panggang kesukaannya. 

    Mereka berdua pun menjadi tidak saling iri. Karena, mereka tahu, ternyata menjadi orang lain tidak lah mudah. Menjadi diri sendiri dan mensyukuri yang ada, merupakan hal yang baik. Alfa menjadi sering membantu keluarga Beta. Begitu juga Beta, dia sering mengunjungi Alfa, dengan mengajak adik - adiknya, agar ia tidak kesepian. 

    Cerpen ini terinspirasi dari Alfa dan Beta dalam rumus fisika. Hehehe 😁

Magelang, 17Oktober2019, 01:58
ODOP Batch 7

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ulasan Novel Dilanku Tahun 1990

Dilan Dia adalah Dilanku Tahun 1990 adalah Judul dari novel karya Pidi Baiq. Di novel ini penulis menceritakan seorang perempuan bernama Milea Adnan Husain yang menjadi tokoh aku dalam cerita ini. Semula tinggal di Jakarta kawasan Slipi, tetapi dia bersama keluarga harus pindah ke Bandung kawasan Buah Batu. Di dalam novel ini menceritakan kisah cinta antara Milea dan Dilan. Semuanya berawal saat Milea yang baru saja pindah ke kota Bandung. Latar waktu cerita ini diambil pada tahun 1990 di Bandung. Semula Milea menetap di Jakarta dan kemudian ia pindah bersama dengan keluarganya di Bandung. Bersekolah di salah satu SMA Negeri yang ada di Bandung. Di sekolah inilah awal mula bertemunya Milea dan Dilan, lewat berbagai ramalan - ramalan yang di ucapkan Dilan kepada Milea. Walaupun Dilan terkenal dengan anak yang nakal sering di panggil guru BP, anggota geng motor, akan tetapi dia mampu memberikan perhatian yang lebih kepada Milea. Lewat cara yang unik membuat Milea jatuh hati pada Dilan...

Ulasan Cerpen "Kerinduan Terakhir"

Tugas mengulas cerpen "Kerinduan Terakhir" ini merupakan tugas pertama saya di kelas fiksi. Setelah dua bulan lamanya di godok dalam ODOP Batch 7, lalu  memilih kelas kelas fiksi.  Membaca karya - karya orang yang sudah mumpuni dalam bidang Sastra dan fiksi membuat termotivasi dalam dunia menulis. Salah satu tulisan yang saya ulas ialah milik dari Pakdhe Winarto Sabdo yang diposting di ngodop.com  http://www.ngodop.com/art/26/Kerinduan-Terakhir Cerita ini menceritakan tentang kerinduan kekasih kepada pujaan hatinya, yang merantau di luar kota, untuk bekerja. Yatijo sangat mencintai Arimbi, begitu juga sebaliknya. Namun, tatkala Arimbi harus bekerja keluar kota meninggalkan desa, karena diajak oleh Narni, Yatijo menjadi cemas. Takut kalau kekasih hatinya tak akan pulang lagi ke desa dan melupakannya. Sebelum Arimbi berangkat ke kota, Yatijo terus saja mengingatkan agar mengirimkan pesan, dan Arimbi berjanji akan mengirim surat pada kekasihnya. Akan tetapi, Arimbi melupa...

Merantau Itu Asik

Tantangan pekan akhir ODOP Batch 7 Tantangan ke 2 Biografi teman dari ODOP Januar Atiqoh, salah satu peserta ODOP Batch 7, dari Group Kairo. Wanita cantik nan manis kelahiran Yogyakarta, 29 tahun yang lalu tepatnya pada bulan Januari. Oleh karena itu kedua orang tuanya memberikan nama Januar padanya, sebagai penanda akan kelahirannya. Atiq, panggilan yang sering disapa orang - orang untuk mengenalnya. Ada sedikit cerita, di balik nama sapaanya, dulu kala sejak kecil ia di panggil Tika oleh keluarganya, beranjak memasuki TK (Taman Kanak Kanak) ia dipanggil Atiqoh. Masa - masa SMA banyak yang menyapanya dengan sapaan Tinyoh. Ketika memasuki jenjang perkuliahaan sebutan namanya pun berganti menjadi Atiq, hingga saat ini. Sejak usia dua tahun, hidup menjadi anak rantau telah ia cecap, Slawi - Tegal, Jawa Tengah tempat rantau yang di tuju. Tanpa kerabat yang dikenal, ia bersama keluarganya membangun asa di sana. Merantau didaerah orang, tidaklah semudah berjuang dikampung halaman...