Langsung ke konten utama

Alia, Putri dan Bu Laras


  Pada suatu pagi yang cerah, ku langkah kan kaki pergi ke sekolah, yang jarak nya tidak jauh dari rumah ku. Beban di tas ku begitu berat, rasanya aku ingin kembali pulang kerumah, izin tidak masuk.

  Matematika, pelajaran yang membuat nyali ku menciut, di tambah lagi Bu Laras, guru Matematika yang sukanya marah-marah. Pernah suatu ketika aku mendapatkan nilai 40, aku di marahi oleh Ibu Laras. Sempat aku frustasi karena memang aku tidak terlalu faham tentang bab persamaan kuadrat. Namun, aku takut untuk mengatakan kepada beliau perihal ketidak mampuanku.

     "Alia.. kamu kok lemas githu?" Tanya Putri Sahabat karib ku, yang tiba-tiba berjalan disampingku
"Nanti waktunya Matematika, ketemu Bu Laras, bagaimana kalau aku dimarahi lagi?" Jawab ku
"Bu Laras, tidak sejahat seperti apa yang kamu bayangkan, beliau adalah orang baik, kalau menjelaskan mudah difahami" Kata Putri yang berusaha menyemangatiku
"Ah... kamu memang suda pandai, jadinya tidak ada guru yang memarahi kamu. Sedangkan aku.." kata ku dengan putus asa
Putri menepuk bahu ku "Alia.. kamu jangan pesimis dong, mana semangat mu yang menggebu-gebu seperti biasanya" Putri masih tetap menyemangatiku.
Ku hela napas panjang "tetapi, aku tetap takut dengan ibu Laras, Putri.." keluh ku
"Nanti pas jam istirahat, kita temui bu Laras bersama-sama. Biar kamu tidak takut, bagaimana..?" Tanya putri
"Aku setuju Putri" jawab ku tanpa pikir panjang

    Kring... Kring... Kring.. bel istirahat pun telah berdering, seperti janji yang telah Putri ucapkan, ia menemaniku menemui bu Laras di ruang guru. Dengan raut muka yang ketakutan, ku genggam lengan Putri begitu kuat "tenanglah Alia, jangan gugup" kata Putri menenangkan ketegangan ku
Ku intip dari balik pintu, bu Laras sedang sibuk mengetik di depan layar laptop. Ku hela napas panjang "Ibu Laras sedang sibuk, besok-besok sajalah.." rengek ku kepada putri
Putri menarik lengan ku begitu kuat, hingga aku pun mengikuti langkah kaki dibelakangnya. "Permisi, bu Laras..." sapa Putri dengan sopan
"Iya Putri, ada apa..?" Tanya Bu Laras
"Ada yang ingin menemui Ibu Laras" Putri mendorong tubuhku agar bu Laras melihat ku
"Ohh.. kamu Alia, ada apa kamu ingin bertemu dengan ku?" Tanya Bu Laras

    Aku masih menundukkan kepala, takut untuk berucap, kaki ku pun gemetaran, bibir serasa terkatup tidak bersuara. Bu Laras memegang tangan ku dengan lembut "ada apa Alia, kok ketakutan, aku tidak akan memakan mu" goda Bu Laras
Aku tersipu malu "begini bu Laras, tentang nilai jelekku kemarin, aku minta maaf. Dan, aku benar-benar tidak faham dengan materi persamaan kuadrat bu, karena saat ibu memberikan materi itu, Saya tidak masuk karena sakit, jadi banyak materi yang tertinggal. Aku sudah berusaha meminjam buku catatan putri, mendengarkan penjelasan dari teman-teman, namun aku tetap belum faham" kata ku

   Bu Laras tersenyum "ibu tidak marah karena nilai mu jelek, Alia. Ibu hanya tidak suka jawaban mu yang semuanya mencotek Beni. Ibu tahu, kalian berdua kerjasama kan..?" Tanya Bu Laras
Aku pun mengaggukkan kepala "iya bu Laras"
Bu Laras menatap kedua mata ku "ibu tidak akan marah kepada mu, kalau kamu mengerti apa artinya kejujuran, Alia. Nilai baik atau buruk, ibu tidak mempermasalahkannya, ibu hanya menginginkan kalian itu bersikap jujur dengan kemampuan kalian. Kalian faham kan..?"
"Faham Bu Laras.." kata kami kompak
"Kalau kalian tidak ada halangan, nanti sepulang sekolah, mampirlah kerumah ibu, akan aku ajari tentang persamaan kuadrat. Bagaimana..?" Tanya Bu Laras
"Kami tidak ada halangan bu" jawab Kami serentak
"Baguslah, aku tunggu kehadiran kalian" kata Bu Laras sembari tersenyum manis

    Keluar dari ruang guru, aku menghela napas panjang, rasa nya beban hatiku telah sirna "Ternyata, benar apa katamu Putri, Bu Laras tidak jahat, dia sangat baik, aku merasa bersalah telah berpikiran negatif kepada beliau" gumam ku kepada Putri
"Benar kan, apa kataku. Ibu Laras itu baik, yang salah adalah kita" kata Putri
Kami pun tersenyum bersama, dan segera memasuki kelas, karena jam pelajaran selanjutnya akan di mulai.

#ODOP Batch 7
Magelang, 3102019, 22:41

Komentar

  1. Semua ada sebabnya ya mbak. Keren ceritanya, hanya ada beberapa kata yang belum sesuai EyD aja. Sukaaa.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ulasan Novel Dilanku Tahun 1990

Dilan Dia adalah Dilanku Tahun 1990 adalah Judul dari novel karya Pidi Baiq. Di novel ini penulis menceritakan seorang perempuan bernama Milea Adnan Husain yang menjadi tokoh aku dalam cerita ini. Semula tinggal di Jakarta kawasan Slipi, tetapi dia bersama keluarga harus pindah ke Bandung kawasan Buah Batu. Di dalam novel ini menceritakan kisah cinta antara Milea dan Dilan. Semuanya berawal saat Milea yang baru saja pindah ke kota Bandung. Latar waktu cerita ini diambil pada tahun 1990 di Bandung. Semula Milea menetap di Jakarta dan kemudian ia pindah bersama dengan keluarganya di Bandung. Bersekolah di salah satu SMA Negeri yang ada di Bandung. Di sekolah inilah awal mula bertemunya Milea dan Dilan, lewat berbagai ramalan - ramalan yang di ucapkan Dilan kepada Milea. Walaupun Dilan terkenal dengan anak yang nakal sering di panggil guru BP, anggota geng motor, akan tetapi dia mampu memberikan perhatian yang lebih kepada Milea. Lewat cara yang unik membuat Milea jatuh hati pada Dilan...

Ulasan Cerpen "Kerinduan Terakhir"

Tugas mengulas cerpen "Kerinduan Terakhir" ini merupakan tugas pertama saya di kelas fiksi. Setelah dua bulan lamanya di godok dalam ODOP Batch 7, lalu  memilih kelas kelas fiksi.  Membaca karya - karya orang yang sudah mumpuni dalam bidang Sastra dan fiksi membuat termotivasi dalam dunia menulis. Salah satu tulisan yang saya ulas ialah milik dari Pakdhe Winarto Sabdo yang diposting di ngodop.com  http://www.ngodop.com/art/26/Kerinduan-Terakhir Cerita ini menceritakan tentang kerinduan kekasih kepada pujaan hatinya, yang merantau di luar kota, untuk bekerja. Yatijo sangat mencintai Arimbi, begitu juga sebaliknya. Namun, tatkala Arimbi harus bekerja keluar kota meninggalkan desa, karena diajak oleh Narni, Yatijo menjadi cemas. Takut kalau kekasih hatinya tak akan pulang lagi ke desa dan melupakannya. Sebelum Arimbi berangkat ke kota, Yatijo terus saja mengingatkan agar mengirimkan pesan, dan Arimbi berjanji akan mengirim surat pada kekasihnya. Akan tetapi, Arimbi melupa...

Merantau Itu Asik

Tantangan pekan akhir ODOP Batch 7 Tantangan ke 2 Biografi teman dari ODOP Januar Atiqoh, salah satu peserta ODOP Batch 7, dari Group Kairo. Wanita cantik nan manis kelahiran Yogyakarta, 29 tahun yang lalu tepatnya pada bulan Januari. Oleh karena itu kedua orang tuanya memberikan nama Januar padanya, sebagai penanda akan kelahirannya. Atiq, panggilan yang sering disapa orang - orang untuk mengenalnya. Ada sedikit cerita, di balik nama sapaanya, dulu kala sejak kecil ia di panggil Tika oleh keluarganya, beranjak memasuki TK (Taman Kanak Kanak) ia dipanggil Atiqoh. Masa - masa SMA banyak yang menyapanya dengan sapaan Tinyoh. Ketika memasuki jenjang perkuliahaan sebutan namanya pun berganti menjadi Atiq, hingga saat ini. Sejak usia dua tahun, hidup menjadi anak rantau telah ia cecap, Slawi - Tegal, Jawa Tengah tempat rantau yang di tuju. Tanpa kerabat yang dikenal, ia bersama keluarganya membangun asa di sana. Merantau didaerah orang, tidaklah semudah berjuang dikampung halaman...