Langsung ke konten utama

Liburan Kami



 Setiap hari sabtu, kami selalu mengagendakan family time. Waktu untuk keluarga penuh, no pekerjaan, no handphone, no aktivitas yang lain selain dengan keluarga. Kami, sering mengunjungi beberapa tempat yang ramah untuk anak, namun tetap ada nilai education nya. Kami, paling sering pergi ke tempat yang bernuansa alam bebas, seperti memandang bentangan sawah nan hijau, lihat bukit menoreh, menikmati embusan angin di balkondes seraya duduk - duduk santai, dan berenang di sendang yang air nya sangat jernih. 

   Kemarin, hari Sabtu, suami mengajak renang di kolam Soekoco, Pisangan, Magelang. Sebab, sudah lama suami tidak berenang, karena kacamatanya rusak. Alhamdulillah, beberapa hari yang lalu, bisa beli yang baru. Maka, suami pun antusias sekali mengajak kami berenang. Sampainya di sana, keadaan kolam renang sangat ramai, karena ada rombongan satu bis yang berkunjung dan ada perlombaan renang untuk anak SD sekarisidenan kedu. Lama, kami menunggu di dalam hingga suasana kolam sedikit senggang. Suami pun mengajak renang anak ku, Kamila. Mereke berdua sangat menikmati bermain air bersama, walau air nya sangat dingin, mereka tetap asyik bermain. 

    Setelah keluar dari kolam renang, kami melanjutkan perjalanan lagi, karena jalanan macet dan terik matahari sangat panas. Ku cubit pinggang suami ku "mas, cari tempat yang adem yaa. Panas tenan" keluh ku dengan menggendong Kamila 
"Kemana...?" Tanya suami kebingungan 
"Ke hutan Pinus, Kragilan. Gimana..?" Usul ku 
"Jauuuuuuuhhhh dek, jalan nya munggah terus, kapan - kapan saja ya kesananya" kata suami ku 
"Ah, nanggung mas, kita sudah seperempat perjalanan menuju ke sana. Ayolah..." rengekku 
Suami diam tidak menanggapi rengekan ku, aku pikir dia marah, karena memang lumayan jauh untuk sampai di hutan pinus.
"Lhoooo kita mau kemana mas..?" Tanya ku saat suami tiba - tiba balik arah 
"Katanya mau ke hutan pinus, jadi enggak.." katanya
"Jadilah...." seru ku 

     Perjalanan menuju Hutan Pinus Kragilan, memang menanjak terus, dengan tikungan yang sangat menikung, namun mata ini dimanjakan oleh pemandangan yang sungguh indah sekali. Gunung Merbabu, tampak gagah, di tambah hamparan sawah para warga, dan beberapa petani yang sedang menanam atau memanen hasil ladang, menjadi pemantik tersendiri. Semakin tinggi tanjakan yang kita lewati suhu di sekitar kian dingin "dingin ya mas" kata ku 
"Iya dek, nanti kalau udah sampai, tambah dingin lagi" tambah suami ku 

   Sesampainya di tempat pariwisata, kami berhenti sejenak di pintu gerbang "Top Selfi Hutan Pinus Kragilan. Iku lhoo, dek nggone" kata suami 
"Iya, mas. Cocok iki tempatnya untuk foto - foto" kata ku dengan mesam mesem 
Lalu, ada bapak petugas parkir menghampiri kami "parkir dulu nggeh, pak" katanya sambil menunjukkan 
"Enggeh, pak. Berapa..?" Tanya suami 
"3 ribu mawon, pak.." jawab nya 
Kemudian bapak itu mengarahkan kami untuk masuk ke Hutan Pinus Kragilan. Kami pun mengikuti arahan dari nya, hingga kami sampai di loket masuk "15.000 mas.." kata petugas loket nya 
"Itu udah berdua, atau cuma satu mas" tanya suami ku 
"Udah berdua mas, seharusnya 25 ribu, berhubung tiket yang weekend masih diambilkan, jadi, memakai tiket yang hari biasa saja" kata petugas 
"Alhamdulillah, dapat diskon" batin ku kegirangan


   Aroma Hutan Pinus langsung menusuk hidung, embusan angin dingin pegunungan, membuat ku merapatkan jaket yang ku pakai "adem tenan" gumam ku 
Banyak tukang jasa foto yang menghampiri kami, menawarkan kami untuk berfoto, "pak, foto.." kata salah seorang tukang foto 
"Mboten, pak.." kata suami 
Dia tampak masih ngeyel ingin mengambil foto kami "mboten, pak.." kata ku sedikit jengkel 
Kami melihat ada tikar yang digelar, di tengah hutan, anak kami, langsung berlari kesana "15 ribu mawon buk.." kata seorang ibu - ibu yang memiliki usaha jasa sewa tikar 
"Mahal banget, buk. Gak, jadi duduk, ndek kursi sana saja" kata suami dengan menunjuk salah satu bangku 
"10 ribu pun, mas. Sak walahe jenengan kaleh garwo" kata ibu nya lagi 
"Enggeh, buk..." kata ku sambil menyerahkan uang 

  Kami pun duduk bersama, menikmati pemandangan sekitar, embusan angin pegunungan, hawa dingin yang menyegarkan, gesekan ranting pohon, memberikan suasana tersendiri. Selain itu, banyak spot foto yang di tawarkan, seperti berfoto naik kuda, dengan memegang burung hantu, dan foto berlatar hutan pinus. Wisata di sana, memang lebih menekankan tempat rekreasi yang instagramable untuk para kalangan muda pecinta foto lalu di upload di sosial media. 

   Saat melihat pengunjung berfoto ala model dengan banyak gaya yang aneh - aneh, membuat ku tertawa geli "gayanya melebihi model majalah" batin ku
Suami pun berbisik kepada ku "nanti foto bareng yaa" 
"Serius, biasanya kan gak suka di foto. Kok minta.." tanya ku yang masih sedikit kaget 
"Iya dek, mumpung banyak fotografer handal, murah, dan viewnya bagus.." jawab suami 
"Betul juga mas, ambil fotonya di jalan berlatar hutan pinus ya" usul ku 
"Bisa.. " kata suami 

    Hampir satu jam kami duduk bersantai, adzan ashar pun berkumandang, hawa dingin semakin menusuk kulit, kami pun memilih untuk segera pulang. Sebelum kami pulang, kami berfoto bersama dengan bergaya ala model majalah keluarga. Di tengah sesi pemotretan, Kamila menangis, berakhir lah acara foto - fotonya "niki mas, fotonya ada 5. Adik e nangis, mangke kalau tetap di lanjutkan, banyak yang jelek" kata bapak tukang foto 
"Berapa mas..?" Tanya suami 
"10 ribu saja, mas. Wayahe 12.500, buat adike, kulo diskon satu saja" jawab bapaknya 
"Owh nggeh pak, matur suwun" kata suami seraya menyerahkan uang 

   Berhubung waktu sudah menunjukkan pukul 4 sore, maka kami memilih untuk sholat ashar terlebih dahulu. Kemudian, kami melanjutkan perjalanan pulang, kondisi jalanan tidak lagi menanjak, namun banyak turunan "kabut nya mau turun ya, mas" tanya ku 
"Iya, dek. Kalau pulange sedikit kesoren. Nanti jalannya gak kelihatan" jawab suami 
Selepas melalui jalanan turunan, tikungan, kami pun mulai melewati jalanan antar kota. 


   Top Selfi Hutan Pinus Kragilan, Pakis, Kab. Magelang. Terletak di perbatasan Magelang dan Kopeng, Salatiga. Dekat dengan Gunung Merbabu, jadi rute yang harus di taklukkan tikungan tajam, tanjakan dan turunan. Akan tetapi view nya membuat mulut tidak bisa berhenti berdecak kagum "subhanallah, kuasa Allah, sungguh menawan" 


Magelang, 15102019, 00:26
ODOP Batch 7



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ulasan Novel Dilanku Tahun 1990

Dilan Dia adalah Dilanku Tahun 1990 adalah Judul dari novel karya Pidi Baiq. Di novel ini penulis menceritakan seorang perempuan bernama Milea Adnan Husain yang menjadi tokoh aku dalam cerita ini. Semula tinggal di Jakarta kawasan Slipi, tetapi dia bersama keluarga harus pindah ke Bandung kawasan Buah Batu. Di dalam novel ini menceritakan kisah cinta antara Milea dan Dilan. Semuanya berawal saat Milea yang baru saja pindah ke kota Bandung. Latar waktu cerita ini diambil pada tahun 1990 di Bandung. Semula Milea menetap di Jakarta dan kemudian ia pindah bersama dengan keluarganya di Bandung. Bersekolah di salah satu SMA Negeri yang ada di Bandung. Di sekolah inilah awal mula bertemunya Milea dan Dilan, lewat berbagai ramalan - ramalan yang di ucapkan Dilan kepada Milea. Walaupun Dilan terkenal dengan anak yang nakal sering di panggil guru BP, anggota geng motor, akan tetapi dia mampu memberikan perhatian yang lebih kepada Milea. Lewat cara yang unik membuat Milea jatuh hati pada Dilan...

Ulasan Cerpen "Kerinduan Terakhir"

Tugas mengulas cerpen "Kerinduan Terakhir" ini merupakan tugas pertama saya di kelas fiksi. Setelah dua bulan lamanya di godok dalam ODOP Batch 7, lalu  memilih kelas kelas fiksi.  Membaca karya - karya orang yang sudah mumpuni dalam bidang Sastra dan fiksi membuat termotivasi dalam dunia menulis. Salah satu tulisan yang saya ulas ialah milik dari Pakdhe Winarto Sabdo yang diposting di ngodop.com  http://www.ngodop.com/art/26/Kerinduan-Terakhir Cerita ini menceritakan tentang kerinduan kekasih kepada pujaan hatinya, yang merantau di luar kota, untuk bekerja. Yatijo sangat mencintai Arimbi, begitu juga sebaliknya. Namun, tatkala Arimbi harus bekerja keluar kota meninggalkan desa, karena diajak oleh Narni, Yatijo menjadi cemas. Takut kalau kekasih hatinya tak akan pulang lagi ke desa dan melupakannya. Sebelum Arimbi berangkat ke kota, Yatijo terus saja mengingatkan agar mengirimkan pesan, dan Arimbi berjanji akan mengirim surat pada kekasihnya. Akan tetapi, Arimbi melupa...

Merantau Itu Asik

Tantangan pekan akhir ODOP Batch 7 Tantangan ke 2 Biografi teman dari ODOP Januar Atiqoh, salah satu peserta ODOP Batch 7, dari Group Kairo. Wanita cantik nan manis kelahiran Yogyakarta, 29 tahun yang lalu tepatnya pada bulan Januari. Oleh karena itu kedua orang tuanya memberikan nama Januar padanya, sebagai penanda akan kelahirannya. Atiq, panggilan yang sering disapa orang - orang untuk mengenalnya. Ada sedikit cerita, di balik nama sapaanya, dulu kala sejak kecil ia di panggil Tika oleh keluarganya, beranjak memasuki TK (Taman Kanak Kanak) ia dipanggil Atiqoh. Masa - masa SMA banyak yang menyapanya dengan sapaan Tinyoh. Ketika memasuki jenjang perkuliahaan sebutan namanya pun berganti menjadi Atiq, hingga saat ini. Sejak usia dua tahun, hidup menjadi anak rantau telah ia cecap, Slawi - Tegal, Jawa Tengah tempat rantau yang di tuju. Tanpa kerabat yang dikenal, ia bersama keluarganya membangun asa di sana. Merantau didaerah orang, tidaklah semudah berjuang dikampung halaman...