Langsung ke konten utama

Belajar Jujur Dalam Segala Hal


  Siang itu, aku sedang bermain dengan adik perempuan ku di teras rumah. Ku lihat, Tobi berjalan terburu-buru dengan membawa satu kantong kresek hitam berisi telur. Aku pun merasa penasaran, ku ikuti langkah kakinya, dia berhenti di pekarangan dekat rumahnya sedangkan aku bersembunyi di balik pohon rambutan. Tobi mengeluarkan beberapa lembar uang dari dalam saku celana pendek, ia membagi uang tersebut menjadi dua bagian. Yang satu ia masukkan kedalam kantong kresek sedangkan yang lainnya ia kembalikan kedalam saku celana. 

  Aku tetap mengamati Tobi dari kejauhan, ku lihat ia masuk kedalam rumah. Beberapa menit kemudian dia keluar rumah dengan mengendarai sepedah hitamnya. "Aku harus mengikuti Tobi" gumam ku
Aku segera pulang kerumah, mengeluarkan sepedah merah ku, dan mengejar Tobi. Dia sedang berada di toko peralatan sekolah, ku hampiri dia "Tobi, kamu beli apa?" Tanya ku penuh selidik 
"Aku beli penggaris dan bulpen" jawab Tobi 
"Kamu mencuri uang Bude Fatim, aku tadi melihat kamu membagi uang kembaliannya menjadi dua" kata ku dengan penuh curiga 
"Kamu jangan menuduh ku sembarangan, aku tidak menyembunyikan uang kembaliannya ibuk.." kata Tobi tidak terima 
"Biar kita tidak saling menuduh, buktikan kepada ku, kalau uang itu masih ada. Dan, Bude Fatim harus menjadi saksinya" kata ku yang masih tidak mau mengalah 

  Tobi tampak gugup, saat ku tantang ia untuk membuktikan bahwa perkataan ku salah. Tobi menundukkan kepala "boleh, aku jujur kepada mu, Fira.." kata Tobi lirih 
"Boleh.." kata ku 
Tobi menghela napas panjang "sebenarnya, uang ibu memang aku sembunyikan sebagian tapi tidak ku gunakan untuk beli jajan, atau membeli mainan. Aku hanya beli penggaris dan bulpen, karena aku telah menghilangkan penggaris dan bulpennya Tini" 
Ku tatap wajah sepupu ku lekat-lekat "apa pun yang terjadi, berbohong bukanlah sesuatu yang baik, Tobi. Aku tahu, kamu merasa bersalah karena telah menghilangkan barangnya Tini, tetapi cara mu tidak begini, Tobi" 
Tobi masih tetap menundukkan kepalanya "lalu, apa yang harus ku lakukan, Fira.." Tanya Tobi 
"Ayo, kita katakan yang sebenarnya kepada bude Fatim. Aku yakin, bude tidak akan marah, asalkan kamu mau jujur" jawab ku 
"Baiklah, Fira.." 

  Kami pun segera pulang, aku menghampiri Bude Fatim yang sedang duduk bersantai sambil menonton TV. Namun, Tobi tidak berani masuk kedalam rumah, ia berdiri di halaman rumah dengan raut wajah yang ketakutan. Ku tarik lengannya agar ia masuk rumah "ayooo Tobi, bicaralah dengam bude" kata ku 
Tobi menggelengkan kepala. Bude melihat kami tarik menarik, beliau menghampiri kami "ada apa ini? Kok kalian tarik menarik seperti lomba tarik tambang saja" kata Bude 

"Tobi, mau mengatakan sesuatu kepada Bude Fatim" kata ku 
Bude Fatim mendatangi Tobi "ada yang kamu sembunyikan dari, ibuk..?" 
Tobi menundukkan kepala menatap ujung kuku kakinya yang hitam "Tobi, minta maaf ibuk. Tidak seharusnya Tobi, menyembunyikan uang kembalian telur. Uang itu sudah Tobi pergunakan untuk membeli ini" Tobi menyerahkan satu kantong plastik berisi penggaris dan bulpen
"Kalau kamu perlu penggaris dan bulpen, katakan kepada ibuk, maka akan kubelikan, nak..." Bude Fatim membelai rambut Tobi yang ikal

"Tetapi, kedua barang ini bukan untukku, ibuk" kata Tobi 
"Lalu, untuk siapa?" Tanya Bude Fatim penasaran
"Untuk Tini, karena aku telah menghilangkan penggaris dan bulpennya" jawab Tobi 
Bude Fatim menghela napas panjang "jadi, kamu ingin mengganti barang-barangnya Tini, dengan uang kembalian ibu. Tetapi, kamu tidak mau berkata jujur kepada ibuk" 
Tobi menganggukkan kepala "iya, Ibuk.." 
"Seharusnya, kamu berkata jujur nak. Bukannya berbohong. Ibuk bangga dengan mu, karena mau bertanggung jawab mengembalikan barang-barangnya Tini, namun cara mu kurang tepat, nak. Jangan di ulangi lagi ya, dan ingat harus hati-hati menjaga barang orang lain" pesan bude kepada Tobi 
"Iya, ibuk. Tobi, akan mengingatnya.." 
"Sebagai hukuman atas ketidak jujuran mu kepada Ibuk, maka uang jajan mu akan dipotong setengah selama 3 hari" kata Bude Fatim
"Baiklah, Ibuk.." kata Tobi pasrah

Semenjak saat itu, Tobi selalu berkata jujur kepada ibunya. Dan ia menjadi lebih berhati-hati lagi dalam meminjam barang apapun milik temannya. 

ODOP Batch 7
Magelang, 4102019, 23:09




Komentar

  1. Kalo kata netijen jaman now, julit ya mba, jujur itu sulit 😀😀
    Pesan moralnya mengena sekali 🌹🌹

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mbak..
      Terispirasi dari julit nya netijen +62.. hehhee 😁

      Hapus
  2. Tobi anak baikk masyaAllah berani mengakui kesalahan dan minta maaf.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sama kayak aku yo mbak ??? 😂😂😂🙈🙈🙈

      Hapus
    2. Hehehe 😂😂😂 dimanapun tempatnya duo mbak Jihan dan Mas Syaif selalu rame yaa.. 🤭

      Hapus
  3. jujur salah satu sifat kebanggan Rasullallah Tobi hebat jadi anak sholeh ya dek tobi

    BalasHapus
  4. Bisa diceritakan ulang buat anakku ini

    BalasHapus
  5. Tidak banyak orang yang benar2 punya sifat jujur, termasuk diri sendiri. Aku pun terkadang masih tidak jujur, baik dengan mereka ataupun diri sendiri. Berkata bahwa aku baik2 saja tapi pada kenyataannya, tidak.😢

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mbak.. kebanyakan wanita sok strong nyatanya gak kuaaattt... 😭😭😭😭

      Hapus
  6. Keren, lanjut mbak nulisnya 😊

    BalasHapus
  7. MasyaAllah..hikmahnya langsung mengena..bacaan yang bagus..dikirimkan ke majalah mbak..

    BalasHapus
  8. Niat Tobi baik, caranya saja yg tdk tepat. Noted.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ulasan Novel Dilanku Tahun 1990

Dilan Dia adalah Dilanku Tahun 1990 adalah Judul dari novel karya Pidi Baiq. Di novel ini penulis menceritakan seorang perempuan bernama Milea Adnan Husain yang menjadi tokoh aku dalam cerita ini. Semula tinggal di Jakarta kawasan Slipi, tetapi dia bersama keluarga harus pindah ke Bandung kawasan Buah Batu. Di dalam novel ini menceritakan kisah cinta antara Milea dan Dilan. Semuanya berawal saat Milea yang baru saja pindah ke kota Bandung. Latar waktu cerita ini diambil pada tahun 1990 di Bandung. Semula Milea menetap di Jakarta dan kemudian ia pindah bersama dengan keluarganya di Bandung. Bersekolah di salah satu SMA Negeri yang ada di Bandung. Di sekolah inilah awal mula bertemunya Milea dan Dilan, lewat berbagai ramalan - ramalan yang di ucapkan Dilan kepada Milea. Walaupun Dilan terkenal dengan anak yang nakal sering di panggil guru BP, anggota geng motor, akan tetapi dia mampu memberikan perhatian yang lebih kepada Milea. Lewat cara yang unik membuat Milea jatuh hati pada Dilan...

Ulasan Cerpen "Kerinduan Terakhir"

Tugas mengulas cerpen "Kerinduan Terakhir" ini merupakan tugas pertama saya di kelas fiksi. Setelah dua bulan lamanya di godok dalam ODOP Batch 7, lalu  memilih kelas kelas fiksi.  Membaca karya - karya orang yang sudah mumpuni dalam bidang Sastra dan fiksi membuat termotivasi dalam dunia menulis. Salah satu tulisan yang saya ulas ialah milik dari Pakdhe Winarto Sabdo yang diposting di ngodop.com  http://www.ngodop.com/art/26/Kerinduan-Terakhir Cerita ini menceritakan tentang kerinduan kekasih kepada pujaan hatinya, yang merantau di luar kota, untuk bekerja. Yatijo sangat mencintai Arimbi, begitu juga sebaliknya. Namun, tatkala Arimbi harus bekerja keluar kota meninggalkan desa, karena diajak oleh Narni, Yatijo menjadi cemas. Takut kalau kekasih hatinya tak akan pulang lagi ke desa dan melupakannya. Sebelum Arimbi berangkat ke kota, Yatijo terus saja mengingatkan agar mengirimkan pesan, dan Arimbi berjanji akan mengirim surat pada kekasihnya. Akan tetapi, Arimbi melupa...

Merantau Itu Asik

Tantangan pekan akhir ODOP Batch 7 Tantangan ke 2 Biografi teman dari ODOP Januar Atiqoh, salah satu peserta ODOP Batch 7, dari Group Kairo. Wanita cantik nan manis kelahiran Yogyakarta, 29 tahun yang lalu tepatnya pada bulan Januari. Oleh karena itu kedua orang tuanya memberikan nama Januar padanya, sebagai penanda akan kelahirannya. Atiq, panggilan yang sering disapa orang - orang untuk mengenalnya. Ada sedikit cerita, di balik nama sapaanya, dulu kala sejak kecil ia di panggil Tika oleh keluarganya, beranjak memasuki TK (Taman Kanak Kanak) ia dipanggil Atiqoh. Masa - masa SMA banyak yang menyapanya dengan sapaan Tinyoh. Ketika memasuki jenjang perkuliahaan sebutan namanya pun berganti menjadi Atiq, hingga saat ini. Sejak usia dua tahun, hidup menjadi anak rantau telah ia cecap, Slawi - Tegal, Jawa Tengah tempat rantau yang di tuju. Tanpa kerabat yang dikenal, ia bersama keluarganya membangun asa di sana. Merantau didaerah orang, tidaklah semudah berjuang dikampung halaman...