Kemarin malam, kota M tempat tinggalku punya hajat besar, memperingati 1 muharram dibalut dengan kegiatan santunan anak yatim piatu dan selawat dengan penabuh rebana sebanyak 6000 dari 375 group banjari se-Kabupaten, acara inti "mauidhoh hasanah" disampaikan oleh beliau kiyai "M" dari kota "Y".
Tampak warga kabupaten begitu antusias untuk datang, aku dan suamipun tak ketinggalan. Walaupun tempat nya di lapangan terbuka, hawa dingin yang menyengat, dan lembabnya rumput di lapangan tak membuat semangat kami redup.
Para pedagang tikar plastik pun berjejelan di antara warga yang masih saja berdiri, enggan duduk karena rumput lapangan sedikit basah sisa hujan sore hari. "5 ribuan 5 ribuan, monggo bapak ibuk ....silahkan silahkan" ... semangat sekali teriakannya, satu persatu dagangan tikarnya laris manis terjual. Kami pun juga menggelar, duduk lesehan menghadap panggung utama beralaskan tikar 5 ribuan.
Lantunan selawat mulai digemakan, suara merdu sang vokalis berpadu apik dengan suara tabuhan rebana yang kompak seirama. Entah mengapa hati ku begitu tersentuh saat semua orang ikut berselawat bersama "kami rindu pada mu wahai Muhammad" gumamku.
Selawat demi selawat telah usai dilantunkan, Tiba-tiba dari arah belakangku ada yang mencubit lenganku "awww.. sakit" teriak kecilku, lalu ku tengok siapakah gerangan "Wuuulan..." sontakku kaget saat kutahu teman semasa kecilku berada tepat di belakangku. "Disini Dari tadi Wulan?" Tanya ku. "baru aja datang, padahal sudah awal lho tadi berangkatnya, tapi macet di jalan hingga baru nyampe nih, jawab nya "
pengajian pun di mulai, nasehat demi nasehat diwejangkan, dalil demi dalil disampaikan, banyak pesan moral yang membuat hatiku kiam trenyuh, diri ini kembali tersadar, betapa banyak dosa hamba ini kepada orang tua, hingga tanpa terasa kedua mata ku berkaca-kaca. Suami pun merangkulku "Sabar... ingat ibu ya? bisiknya di telingaku. Aku menganggukkan kepala. "Sabar ya.. didoakan terus agar ibu bahagia disana". Alfaatihah .. pimpin suamiku.
Pengajianpun usai, warga berhamburan dengan tertib meninggalkan tempat, selama perjalanan terus saja kuingat bagaimana wajah ibu, dan yang membuat hati ini semakin tak kuat menahan tangis saat mengingat diri ini belum sempat berbakti sepenuhnya kepada beliau, membalas budi baiknya, membahagiakannya, air mataku terus menetes begitu saja.
Ibu ...
Tugas ODOP 7
Tantangan pekan 1
Plastik, Basah, Macet..
Pas Weekend nulisnya itu sulit banget, banyak ide mengalir tapi tidak sempat menulis.. 🥰
Magelang, 15092019 19.00
Tampak warga kabupaten begitu antusias untuk datang, aku dan suamipun tak ketinggalan. Walaupun tempat nya di lapangan terbuka, hawa dingin yang menyengat, dan lembabnya rumput di lapangan tak membuat semangat kami redup.
Para pedagang tikar plastik pun berjejelan di antara warga yang masih saja berdiri, enggan duduk karena rumput lapangan sedikit basah sisa hujan sore hari. "5 ribuan 5 ribuan, monggo bapak ibuk ....silahkan silahkan" ... semangat sekali teriakannya, satu persatu dagangan tikarnya laris manis terjual. Kami pun juga menggelar, duduk lesehan menghadap panggung utama beralaskan tikar 5 ribuan.
Lantunan selawat mulai digemakan, suara merdu sang vokalis berpadu apik dengan suara tabuhan rebana yang kompak seirama. Entah mengapa hati ku begitu tersentuh saat semua orang ikut berselawat bersama "kami rindu pada mu wahai Muhammad" gumamku.
Selawat demi selawat telah usai dilantunkan, Tiba-tiba dari arah belakangku ada yang mencubit lenganku "awww.. sakit" teriak kecilku, lalu ku tengok siapakah gerangan "Wuuulan..." sontakku kaget saat kutahu teman semasa kecilku berada tepat di belakangku. "Disini Dari tadi Wulan?" Tanya ku. "baru aja datang, padahal sudah awal lho tadi berangkatnya, tapi macet di jalan hingga baru nyampe nih, jawab nya "
pengajian pun di mulai, nasehat demi nasehat diwejangkan, dalil demi dalil disampaikan, banyak pesan moral yang membuat hatiku kiam trenyuh, diri ini kembali tersadar, betapa banyak dosa hamba ini kepada orang tua, hingga tanpa terasa kedua mata ku berkaca-kaca. Suami pun merangkulku "Sabar... ingat ibu ya? bisiknya di telingaku. Aku menganggukkan kepala. "Sabar ya.. didoakan terus agar ibu bahagia disana". Alfaatihah .. pimpin suamiku.
Pengajianpun usai, warga berhamburan dengan tertib meninggalkan tempat, selama perjalanan terus saja kuingat bagaimana wajah ibu, dan yang membuat hati ini semakin tak kuat menahan tangis saat mengingat diri ini belum sempat berbakti sepenuhnya kepada beliau, membalas budi baiknya, membahagiakannya, air mataku terus menetes begitu saja.
Ibu ...
Tugas ODOP 7
Tantangan pekan 1
Plastik, Basah, Macet..
Pas Weekend nulisnya itu sulit banget, banyak ide mengalir tapi tidak sempat menulis.. 🥰
Magelang, 15092019 19.00
Komentar
Posting Komentar