Langsung ke konten utama

Janji Damar dan Sara



   Sejak pertemuan di taman tempo hari, Sara menjadi lebih pendiam, raut wajah nya tidak bisa menutupi kesedihan yang sedang melanda hati. Dalam nuraninya berkecamuk antara dua pilihan yang sulit ia pilih, di sisi lain dia sangat bahagia karena kekasih nya bisa mewujudkan mimpinya sedari kecil, akan tetapi perasaan hatinya juga tidak bisa mengelak kalau ia akan sangat kesepian, dan merindu untuk waktu yang lama. 


  "Sara... " panggil Damar saat mereka berpapasan. Sara tidak menjawab panggilan dari Damar, ia berjalan melewati Damar begitu saja. Pandangannya kosong, matanya tampak sembab, aura ceria yang selalu ia pancarkan redup, guratan wajahnya menggambarkan kalau ia sedang gundah gulana. Damar menarik lengan Sara "hay.. kok bengong" tanya Damar 
Sara membalikkan badan "Damar... mengapa kamu ada di sini, katanya kamu harus mengurus persyaratan mu?" Tanya Sara kebingungan


   Damar menatap wajah kekasihnya begitu lama, membuat Sara malu, dia pun menundukkan kepala, "sudah berapa lama kamu menangis terus terusan Sara" tanya Damar cemas 
"Aku kemarin malam habis menonton film India yang sedih, jadinya aku ikutan menangis. Lalu tertidur, setelah bangun kedua mata ku sudah bengkak" jawab Sara 


  Damar tahu, kalau Sara sedang berbohong, karena kedua matanya tidak menatap kekasihnya saat dia berkata. "Kamu bohong Sara, pasti kamu menangis karena aku akan berangkat ke Amerika" bathin Damar 
"Bagaimana persyaratan mu untuk ke Amerika Damar?" Tanya Sara memecah lamunan Damar 
"Sudah beres, tinggal menunggu paspor dan visa ku jadi" jawab Damar 
"Baguslah..." 


   Kring... Kring... Kring... bel tanda masuk kelas telah berbunyi. Semua anak-anak berlari larian untuk memasuki kelas mereka, begitu juga dengan Sara. 
"Saraaa tunggu.." Damar menarik lengan Sara "aku ingin bicara dengan mu" 
"aku ada janji dengan Bu Laras, Dan beliau sedang menungguku di kelas, Damar ...." jawab sara.


  Damar melepaskan genggamannya "baiklah Sara, ku tunggu kamu di gerbang sekolah saat jam pulang" 
Sara pun menganggukkan kepala, lalu dia berjalan menuju ke kelas, meninggalkan Damar sendirian. 


   Sara melihat Damar sedang menunggunya, di depan pintu gerbang sekolah. Biasanya dia paling semangat kalau di ajak bertemu oleh Damar, namun berbeda dengan siang ini. Sara merasa begitu berat, hingga rasanya ia ingin menghindari Damar, akan tetapi kedua mata Damar telah menangkap keberadaan Sara. "Sara.. kamu mau kemana..?" Damar menghalangi langkah kaki Sara yang akan pergi 
"Aku mau pulang..." jawab Sara ketus 
"Bolehkah kita bicara sebentar saja, aku janji tidak lebih dari 30 menit?" 
Sara menghela napas panjang "boleh.." 


  Semula mereka memilih taman dekat sekolah sebagai tempat berbicara, akan tetapi suasana sangat ramai, karena ada acara lomba mewarnai. Maka, Damar pun mengajak Sara ke cafe yang tidak jauh dari taman. Untung saja keadaan cafe masih terbilang sepi, karena terlihat baru saja buka. "Damar duduk di kursi dekat jendela saja" pinta Sara
"Baiklah,kamu ingin minum apa..?" Tanya Damar 
"Terserah kamu saja.." jawab Sara 
Damar memesan dua ice blend cookies dan cream kepada pramusaji. 


   Beberapa menit kemudian, minuman yang mereka pesan pun datang. Karena cuaca benar benar terik, dan mereka harus berjalan cukup jauh dari sekolah, membuat sedikit rasa gerah dan haus. "Wah... sepertinya rasa minuman ini, enak sekali" kata Sara dengan sedikit menyunggingkan bibirnya 


   Damar merasa lega, karena sudah lama ia tidak melihat senyum manis dari bibir Sara "kamu kalau tersenyum manis dech"
Hampir saja Sara tersedak, saat ia sedang minum mendengar rayuan dari Damar "Kamu gombalin aku lagi" 
Damar memandangi Sara dengan sorot mata yang tajam "aku berkata yang sebenarnya Sara" 

   Lama mereka saling curi pandang, namun enggan untuk memulai berkata. Sara ingin mengatakan banyak hal kepada Damar, akan tetapi ia lebih memilih menunggu kekasihnya untuk berbicara terlebih dahulu. Minuman yang di depan mereka pun hampir saja habis, akan tetapi tak ada suara dari mereka. Deru napas Sara terdengar kesal, sebab kekasihnya tidak juga berkata. Sara menengok jam tangan "aku tunggu satu menit lagi, kalau Damar tidak ngomong maka aku akan pulang" batin Sara. 


   Satu menit kemudian, diantara mereka masih tetap membisu. Sara sungguh-sungguh jengkel, dia mengambil ransel, hendak pergi meninggalkan cafe. "Tunggu Sara" Damar menahan tangan Sara yang akan memakai ransel birunya 
"Ada apa..? Masih ada yang ingin di bicarakan?" Tanya Sara dengan kilatan penuh amarah 
"Aku mencintai mu, tapi aku juga ingin mewujudkan impian ku. Apa yang harus aku pilih..?" Tanya Damar lirih 


   Sara kembali duduk di kursi, memandangi wajah Damar lekat lekat, ia tahu kekasihnya mempunyai rasa yang sama dengannya. Berat meninggalkan yang dicintai namun ingin mewujudkan impiannya. "Aku bukanlah wanita yang egois, menahan sayap nya agar tidak terbang melalang buana di negeri paman sam, dia memiliki mimpi begitu juga aku. Aku tidak ingin melihat sayap nya patah hanya demi memenangkan hatiku, aku ingin kami bahagia dengan impian kami masing-masing. Damar hanya ingin memperjuangkan cita citanya, tidak untuk yang lain. Aku harus mendukungnya, bukan menghambatnya" dari lubuk hati yang terdalam Sara pun rela melepaskan kepergian Damar.


  "Damar... pergilah menuju impian mu, gapailah cita cita mu di sana" kata Sara dengan penuh ketegasan 
"Kamu yakin Sara, aku kuliah di Amerika tidak sebentar, bagaimana dengan hubungan kita?" Tanya Damar memastikan 
Sara tersenyum lebar menampakkan deretan gigi putih nya "aku sudah siap LDR Damar, aku yakin dengan kata-kataku, dan aku juga percaya kamu bisa sukses di sana" 
"Mungkin hubungan kita akan semakin berat, apakah kamu masih mau menungguku?" 
"Tentu.." Sara berucap tanpa berpikir panjang 


   Damar kembali sumringah, dia merasa batu yang mengganjal di hati telah hancur. "Sara, aku tidak akan membuat mu kecewa, itu adalah janjiku sebagai laki-laki. Akan kubuktikan kepada mu, bahwa aku akan sukses disana" 
Sara menganggukkan kepala "akan kupegang janjimu" 
Damar mengulurkan tangannya "kamu juga harus berjanji padaku, Sara.." 
"Janji apa..?" Tanya Sara penasaran 
"Kejarlah mimpimu disini, jadilah dokter anak seperti impianmu sejak kecil" 
Jawab Damar 
Sara pun menjabat tangan Damar "akan kutunjukkan kepada mu, bahwa aku akan menjadi dokter anak, sebelum usiaku menginjak 30 tahun" 
"Wow.. saat kamu sudah menjadi dokter anak, aku akan memberi mu hadiah" kata Damar 
"Apa hadiahnya?" Tanya Sara ingin tahu 
"Rahasia.." 
Sara mengernyitkan dahi nya "curang.." 

Bersambung.... 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Balkondes Karangrejo

Magelang kota gemilang, semboyan kota ini. Berbicara tentang pesona Kabupaten Magelang, maka Candi Borobudur lah ikonnya. Siapa yang tak mengenal candi Borobudur, destinasi wisata pemantik wisatawan lokal, luar lokal bahkan mancanegara untuk mengunjungi tempat ini. Hampir setiap hari selalu ada pengunjung yang mengunjungi Candi Borobudur, tidak ada kata sepi, selalu ramai. Apalagi Saat akhir minggu atau pas musim liburan sekolah, wisatawan bisa melonjak berkali - kali lipat. Dengan adanya tempat pariwisata ini, membuat perekonomian warga sekitar meningkat, namun tidak keseluruhan warga Borobudur. Beberapa tahun yang lalu Menteri BUMN Rini Soemarno mendatangi kawasan candi Borobudur dan desa di sekitar Borobudur. Beliau meninjau bahwasanya hampir semua warga Borobudur masih di bawah garis kemiskinan, sedangkan mereka mempunyai Candi Borobudur yang ramai pengunjung tiap harinya.  Kemudian, Menteri BUMN mempunyai gagasan yakni membangun Balkondes untuk warga Borobudur. ...

Belajar Jujur Dalam Segala Hal

  Siang itu, aku sedang bermain dengan adik perempuan ku di teras rumah. Ku lihat, Tobi berjalan terburu-buru dengan membawa satu kantong kresek hitam berisi telur. Aku pun merasa penasaran, ku ikuti langkah kakinya, dia berhenti di pekarangan dekat rumahnya sedangkan aku bersembunyi di balik pohon rambutan. Tobi mengeluarkan beberapa lembar uang dari dalam saku celana pendek, ia membagi uang tersebut menjadi dua bagian. Yang satu ia masukkan kedalam kantong kresek sedangkan yang lainnya ia kembalikan kedalam saku celana.    Aku tetap mengamati Tobi dari kejauhan, ku lihat ia masuk kedalam rumah. Beberapa menit kemudian dia keluar rumah dengan mengendarai sepedah hitamnya. "Aku harus mengikuti Tobi" gumam ku Aku segera pulang kerumah, mengeluarkan sepedah merah ku, dan mengejar Tobi. Dia sedang berada di toko peralatan sekolah, ku hampiri dia "Tobi, kamu beli apa?" Tanya ku penuh selidik  "Aku beli penggaris dan bulpen" jawab Tobi  "Kamu ...

Bonding ala Terius

Saya adalah penggemar Drama Korea. Walaupun sudah berstatus "emak" sayapun masih tetap menyukainya. Kadang saat weekend atau pas me time sering ku gunakan untuk melihat dramkor. Semula suami tidak begitu menyukai dramkor, seiring berjalannya waktu pas aku sedang lihat, diam diam suami ikutan nonton juga. Dari situ beliau sedikit tertarik dengan dramkor, kami pun jadi sering menghabiskan waktu bareng untuk melihat dramkor. Banyak dramkor yang telah kami lihat, akan tetapi hanya ada beberapa saja yang menurut kami sangat cocok untuk dijadikan referensi dalam menjalani kehidupan diantaranya dalam mengasuh anak, membina keluarga, menjaga komitmen pernikahan dan perjuangan menggapai mimpi. Nah, saya sangat tertarik untuk mengulas salah satu dramkor yang sudah khatam kami tonton, drama tersebut berjudul "Terius Behind Me". Drama ini banyak menggambarkan adegan bonding antara anak dan ayah, menurutku cara Terius menjalin kedekatan dengan anak anak bisa di jadikan acua...