Langsung ke konten utama

Masa Lalu Rama (Cerbung 4)


Tantangan Minggu akhir ODOP Batch 7
Cerbung 5 Episode, 
Episode ke 4

Kuputuskan untuk mengambil cuti lagi dari kampus, demi merampungkan perkara hati yang kian rumit. Pertemuanku dengan Sari kala itu memberikan angin segar bagi kegundahan hati. Masih kuingat pesan darinya "kalian harus saling terbuka, sebelum menikah" kata - katanya masih terus mengiang dikepalaku. Beberapa hari ini Rama sedang ada proyek diluar kota, maka pertemuan kamipun harus ditunda.

Selama aku menunggu kepulangan Rama, kugunakan waktu untuk mencari tahu tentang sosok Rama dari Baim, mereka kawan lama semasa SMP. Kami berjanji bertemu disalah satu cafe yang menjadi langgananku, tanpa sengaja kami datang bersama - sama walau dari arah yang berbeda. Kulihat Baim amat senang saat berjumpa denganku. Aku merasa dia benar - benar telah jatuh hati denganku, sedangkan hatiku sedang merangkai ikatan dengan hati yang lain. Selagi Baim berkata banyak hal, aku hanya sekali atau dua menanggapinya, sebab pikiran dan hatiku hanya ingin tahu kehidupan Rama dimasa lalu.

"Baim, aku kemarin melihat postinganmu di FB, kamu sedang temu kangen teman - teman SMP ya..?" Tanyaku
"Iya, kamu kuajak gak mau. Aku berangkat sendirian.." jawab Baim
"Aku lagi gak enak badan. Bukankah teman yang kamu ajak foto itu Ramadhan Karim, ya.." tanyaku untuk memancingnya agar bercerita
"Benar, kok kamu tahu..?" Tanya Baim
"Aku pernah bertemu dengannya sekali, dalam proyek kampus" jawabku
"Ow.. dia teman SMP ku, kami dulu teman dekat, mulai kelas 1 sampai kelas 3 satu bangku, satu kelas terus. Pas kami akan masuk SMA dia pindah keluar kota sampai kuliah. Aku gak pernah bertemu dengan dia, tetapi aku bisa mengetahui kabarnya dari Nadin" kata Baim
"Siapa Nadin..?" Tanyaku kian penasaran
"Pacarnya Rama, kisah cinta mereka bermula saat Rama dan Nadin masuk organisasi yang sama OSIS di SMP" jawab Baim
Kutautkan kedua alis "lalu, teruskan ceritanya..?" Tanyaku tak sabar
Baim memandangku "kok kamu jadi ingin tahu tentang Rama?" Baim balik bertanya
"Ya, kepo saja..." jawabku

Kring... Kring... Kring....

Dering handphone Baim memutus cerita, rasanya seperti melihat film yang akan tamat namun tiba - tiba listrik padam "ya.. gimana ceritanya.." gerutu hati. Lama kutunggu Baim hingga selesai berbicara dengan seseorang, dia mendatangiku "Risa, aku harus pulang. Ada tamu yang mencariku..?" kata Baim dengan terburu - buru
"Ceritanya Nadin dan Rama, bagaimana..?" Tanyaku
"Kapan - kapan saja, ya.." jawab Baim lalu ia pergi meninggalkanku di cafe dengan rasa ingin tahu yang menggantung.
Saat rasa kesal di hati masih berjejal, mendadak Rama menelponku, dia mengajak bertemu nanti malam di restoran dekat rumahku. Kami berjanji akan bertemu pada pukul 7 malam.

Kami berpapakan di tempat parkir restoran tanpa terencana, saling melempar senyum, dan sapa. Rama menggandeng tanganku, kami pun memasuki restauran bersama layaknya sepasang kekasih. Rama memilih tempat duduk yang beralaskan tikar, dekat dengan suara gemericik air di kolam. Setelah kami memesan makanan, Rama memberiku sebuah bingkisan yang di balut dengan kertas koran yang sudah lecek.
"Apa ini?" Tanyaku
"Bukalah.." jawabnya
Ku buka bingkisan tersebut "kerudung, untuk apa..?" Tanyaku lagi
Rama tersenyum amat manis didepanku "untuk kamu pakai" jawab Rama
Aku terdiam menatap kerudung hijau yang berada didepanku. "Aku tidak memintamu memakainya sekarang, pakailah disaat kamu sudah siap" kata Rama

Seusai kami menyantap makanan, kupandangi Rama terus menerus hingga ia pun balas tatapanku "ada yang ingin kamu bicarakan denganku" tanya Rama
Kuhela napas panjang "ada.." jawabku
Rama meletakkan gawai di atas meja "masalah pernikahan kita.." ucap Rama
"Iya. Aku ingin tahu tentang kamu, masa lalumu, bagaimana kamu tumbuh, caramu membangun bisnis properti, pola pikir mu, semuanya.." tanyaku. Sebenarnya dalam hatiku amat khawatir akan menyinggung perasaannya. Namun, ia malah tersenyum lebar "hanya itu saja" jawabnya enteng
Aku pun menganggukkan kepala "pokok ceritanya harus komplet"
Dia kembali tertawa "baiklah. Dulu aku bersekolah SD sampai SMP di kota ini, lalu SMA hingga kuliah aku pindah kota. Aku dan papa sering merantau dari kota kekota yang lain. Setiap kami pindah, papa selalu membeli rumah walau kecil, dari situlah aku tertarik untuk berbisnis properti. Alhamdulillah bisnisku makin hari tambah lancar, mungkin benar katanya orang, mau menikah itu membawa pintu rezeki" kata Rama
"Hanya itu saja, kisah cintamu bagaimana.." hatiku masih bertanya - tanya tentang sosok Nadin, "Lalu.. kisah asmara mu..?" Aku bertanya padanya secara impulsif tanpa memikirkan apa - apa.

Raut wajah Rama berubah menjadi sendu, matanya yang berbinar - binar berubah redup, kulihat dia begitu sulit untuk mengatakannya, tertahan di kerongkongan. Berulang kali dia mengambil napas dalam - dalam lalu mengembuskannya. Aku kian penasaran dengan kisah cintanya, namun terlihat ada luka yang mendalam di hatinya yang tanpa sebgaja kubuka. Rama menatapku dengan penuh makna "dulu, aku pernah memiliki kekasih bernama Nadin. Kami menjalin cinta sejak SMP hingga usia kami 24 tahun. Tepat sesudah aku lulus kuliah, dan mendapat pekerjaan kulamar dia" kedua matanya mulai berkaca - kaca "kami sudah menentukan tanggal, tempat, undangan pernikahan, dan semuanya. Persiapan kami sudah matang" Rama berurai air mata, bahkan dia pun tak kuasa melanjutkan ceritanya.

Kugenggam tangannya sangat erat "Rama, gak usah dilanjutkan" kataku
Dia menghela napas panjang, dia hapus air matanya "dia mengalami kecelakaan, tepat 5 hari sebelum kami menikah, dan nyawanya tak tertolong. Impian pernikahan kami hancur, pupus, tak tersisa apapun kecuali kenangan" kutengok ia kembali terisak - isak, kubelai punggung nya "maafkan, aku. Tak seharusnya aku bertanya sesuatu yang menyinggung hatimu" kataku
Rama menatapku dengan mata yang sembab "aku ikhlas dengan kepergiaanya, tetapi karena akulah dia mati, tepat di depanku. Akulah penyebab kematiannya.." ucapnya seraya tersedu - sedu

Aku pikir kisah cintaku yang amat pilu, akan tetapi ada yang lebih menyayat hati. Kisah cinta Rama dengan Nadin. Mereka membangun kisah cinta sejak belia hingga dewasa, pernikahan sudah didepan mata, perpisahan karena takdir dari ilahi membuat mereka terpisah selama - lamanya. Dan, betapa bodohnya aku membuka luka lama yang telah tertutup rapat - rapat. Kini, kupandangi Rama kembali membuka luka lamanya karena kecerobohanku.

Bersambung....

Magelang, 3112019, 15:05
ODOP Batch 7


Komentar

Postingan populer dari blog ini

"Jangan Sakiti dan Sayangi Aku"

  Dikala senja menyapa, mata ini enggan untuk beranjak ke lain tempat karena memang pesona pegunungan tampak sangat nyata. Embusan angin membuat suasana menjadi semakin sejuk. Aku dan suami memilih waktu sore untuk mengunjungi festival ini, karena memang kami berburu view sore hari. Alhamdulillah, kami mendapat tempat yang lumayan strategis, dengan suasana yang sungguh sungguh kami inginkan.   Ya festival yang kami kunjungi ialah Festival Kuliner di Bakorwil Museum BPK Kota Magelang. Hampir setiap tahunnya selalu di selenggarakan dan terbilang sukses menarik para pengunjung. Kami pun selalu menyempatkan waktu untuk mengunjungi festival ini, karena memang makanan yang di tawarkan sangat bervariasi, dengan harga yang bermacam macam. Pemandangan yang apik pun bisa di nikmati oleh para pengunjung, karena berlatarkan kokohnya gunung Sumbing, deretan rumah warga, dan beberapa ekor rusa yang di lindungi.     "Subhanallah bagus banget ya mas, walau hanya gunung dan dataran

Dunia Itu Memang Sempit (Part 6)

Part 6 "Baim duda, mereka bercerai..?" Tanyaku untuk memastikan perkataan Sari yang barusaja kudengar Sari menutup mulutnya "aku keceplosan Risa. Bagaimana ini..?" Gumamnya lirih "Maksudnya.." aku semakin bingung dan penasaran dengan fakta yang ditutupi oleh nya "Sar, ada apa..?" Tanyaku lagi Sari menghela napas panjang, sangat lama "Afi sudah meninggal, tepat setelah ia melahirkan Melani putrinya. Sejak saat itu, Baim menduda. Dia membesarkan Meimei sendirian, dia rela meninggalkan pekerjaan yang sudah lama ia geluti, demi anaknya. Sampai sekarang aku belum mendengar kalau ia akan menikah lagi" jawab Sari Kedua mataku berkaca - kaca, meneteskan buliran air mata "mengapa kamu tidak menceritakan kepadaku..?" Tanyaku sembari terisak - isak Sari memberiku tisu "ini permintaan dari keluargamu. Tante Irma tidak ingin membuka luka lamamu lagi" Jawab Sari Aku kian tersedu - sedu "Afi adalah teman kit

"Balkondes Ngadiharjo"

    Hari minggu ini, rutinitas seperti minggu-minggu yang lalu, belanja pagi bareng anak dan suami di Pasar Borobudur, pasar yang selalu ramai terletak persis di seberang gapura selamat datang Candi Borobudur, Magelang jawa tengah. Kebutuhan harian selama seminggu kedepan adalah daftar belanjaan wajib yang tak boleh kami lewatkan, tak lupa buah pisang untuk si kecil "Kamila" dan jeruk nipis untuk seduhan hangat di malam hari.   Setelah kami selesai berbelanja, suami berbisik kepada ku "dek, ke Balkondes Ngadiharjo yuk" aku pun langsung menyetujui tanpa berfikir panjang. Perjalanan menuju Balkondes tidaklah mudah, kami harus melewati jalan tanjakan dan tikungan. Tebing yang tinggi, hamparan sawah nan hijau, di tambah eloknya pemandangan bukit Menoreh, kian memanjakan mata "Subhanallah... dari dulu sampai sekarang belum berubah mas pemandangannya" kata ku    Cuaca sedikit mulai panas, namun tidak mengurungkan niat kami untuk berjalan jalan d